TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan ada sejumlah penyebab tingginya permintaan tes PCR Covid-19 di tengah penyebaran varian Omicron. Tingginya permintaan ini membuat terbatasnya layanan tes.
Dicky menegaskan, pada dasarnya kondisi yang terjadi saat ini, bukan hanya disebabkan alatnya yang semakin sulit dicari akibat tingginya permintaan. Melainkan juga karena minimnya tenaga kesehatan.
"Ini bisa tidak tertangani bukan hanya karena keterbatasan alat, kapasitas tapi juga bisa karena sebagian tenaga kesehatan kita terinfeksi oleh Omicrom ini," kata dia saat dihubungi, Sabtu, 12 Februari 2022.
Menurut dia, fenomena langkanya alat pemeriksaan tes ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Tetapi juga di negara-negara yang terjangkit varian Omicron. Sehingga, sudah terbentuk polanya.
"Ini membuat nanti ada kelangkaan alat pemeriksaan juga dan ini fenomena yang terjadi di hampir semua negara yang terdampak Omicron ini," tuturnya.
Dicky menilai, makin terbatasnya alat tes Covid-19, juga menjadi bukti jelas bahwa varian Omicron jauh lebih cepat penularannya ketimbang varian Delta.
Apalagi, kata dia, masyarakat Indonesia pada dasarnya bukanlah tipe yang mudah mengeluarkan uang hanya untuk tes PCR. Artinya, kelompok masyarakat perkotaan sudah semakin banyak terjangkit virus ini ketimbang saat delta.
"Nah tingginya permintaan ini juga menunjukkan bahwa sebetulnya fakta atau data bahwa Omicron ini empat lebih banyak kasusnya dari delta. Ini yang terbukti," ungkap Dicky.
Penyedia layanan tes real time polymerase chain reaction (RT-PCR) mengalami lonjakan permintaan pada bulan ini. Bahkan salah satu penyedia layanan, Bumame Farmasi sampai memberikan pengumuman diberlakukannya kuota harian PCR.
Salah satu penyedia layanan tes PCR lainnya, Kalbe Farma, mengakui memang terjadi peningkatan jumlah permintaan pada Februari 2022. Meski demikian, Kalbe Farma tidak membatasi kuota harian. "Di bulan Februari ini ada peningkatan jumlah tes PCR di sekitar 1000-2000 tes per hari," kata Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius saat dihubungi, Jumat, 11 Februari 2022.
Baca: Kemenkes Respons Kabar Tarif Tes PCR Mahal di Mandalika, Ingatkan Soal Sanksi