TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo mengajak segenap anggota PPAD untuk bekerja menciptakan peluang-peluang baru. Di hadapan pengurus pusat PPAD dan para ketua PPAD provinsi, Doni menuturkan, purnawirawan yang mampu menciptakan lapangan kerja, sejatinya adalah seorang pahlawan.
Berbicara di hadapan lebih dari 100 orang pengurus PPAD pusat dan daerah, Doni mengajak para purnawirawan berbuat untuk bangsa. Ketika pengabdian sebagai prajurit berakhir, ia menuturkan, bukan berarti selesai dalam bertugas dan mengabdi kepada bangsa dan negara. Bedanya, Doni melanjutkan, jika dulu memanggul senjata, utamanya di bidang keamanan dan pertahanan negara, saat ini lain.
“Sekarang kita berjuang untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 7 Februari 2022.
Doni Monardo menegaskan politik PPAD ke depan bukan politik praktis kekuasaan, melainkan politik kesejahteraan. “Yang urus politik praktis sudah ada, yakni partai politik. Yang mengurus ideologi dan konstitusi juga sudah ada. Para purnawirawan saya ajak untuk mengurus kesejahteraan dengan membangun jiwa wirausaha,” ujarnya.
Setelah mendapat penugasan menjadi Komisaris Utama Inalum (PT MIND ID), Doni mengaku menjadi makin paham, betapa Indonesia sangat kaya sumber daya alam. BUMN-BUMN tambang yang dimiliki pemerintah, kata dia, tidak bisa menguasai bisnis tambang. Sebagian besar pemainnya adalah swasta.
Untuk itu, ia mengajak PPAD harus meningkatkan ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan pelatihan. Bila perlu melibatkan anak-anak. Ia menyebut Indonesia sangat melimpah potensi batubara, nikel, timah, emas, dan lain sebagainya. “Dan bapak presiden sudah memutuskan melarang ekspor barang mentah ke luar negeri. Ini menjadi peluang bagi anak bangsa, termasuk PPAD,” katanya.
Selain mineral, kata Doni, Indonesia juga kaya raya rempah-rempah. Jika PPAD bergerak dengan semua potensi yang dimilikinya, Doni mengatakan, bukan tidak mungkin dalam waktu empat-lima tahun ke depan, purnawirawan akan punya andil besar dalam kemajuan bangsa Indonesia.
Belum lagi di bidang kayu. Doni menuturkan Indonesia sebenarnya penghasil kayu terbesar di dunia, karena punya hutan tropis yang sangat besar, sangat variatif, ada begitu banyak jenis kayu yang punya nilai ekonomi tinggi. Kayu-kayu yang mahal harganya itu, kata dia, antara lain ulin, merbau, meranti, ebony, bitti, dan lain-lain. Sebagian jenis kayu itu nyaris punah, salah satunya adalah ebony. Untuk kayu jangka pendek, ada jabon, sengon, yang tumbuh singkat dan bisa panen dalam waktu lima sampai enam tahun.
Tak berhenti di situ, Doni membeberkan soal potensi sektor perikanan yang luar biasa. Indonesia punya potensi ikan tangkap sebanyak 12,6 juta ton setiap tahun. Kalau harga 1 kilogram ikan sama dengan US$ 1, maka ada potensi sebesar US$ 12,6 miliar. Sementara, tidak semua jenis ikan hanya berharga US$ 1 per kilogram, tapi lebih mahal. Misalnya ikan tuna yang bisa belasan bahkan puluhan dollar per kilogram.
Untuk itu, Doni mengajak PPAD menggunakan teknologi, agar nelayan tahu di mana menangkap ikan, bukan di mana mencari ikan. Dengan teknologi, menurut dia, akan memungkinkan nelayan lebih produktif. "Meski kasus pencurian ikan oleh kapal asing relatif menurun, tetapi ia tidak menutup mata, bahwa kasus itu masih terjadi di belahan laut Indonesia," kata dia.
Atas pertimbangan itu semua, Doni menyampaikan tidak ada pilihan lain kecuali membawa PPAD ke arah kesejahteraan. Terlebih, masalah kesejahteraan bukan hanya milik orang-per-orang, tetapi masalah bangsa. Doni pun mengajak para purnawirawan bergerak sesuai bidang keahlian. "Hanya bangsa yang sejahtera yang mampu membangun kekuatan negaranya. Sebaliknya, bangsa yang tidak sejahtera, akan menjadi bangsa yang lemah. Setiap daerah juga punya potensi yang bisa dikembangkan," ujar dia.
MAYA AYU PUSPITASARI
Baca: Doni Monardo Jadi Ketum PPAD: Ingin Organisasi Fokus Kesejahteraan