TEMPO.CO, Jakarta -Dalam literasi digital bukan hanya dibatasi tentang bisa membaca suatu informasi atau interaksi digital, namun dibutuhkan pula suatu proses berpikir secara kritis untuk melakukan evaluasi terhadap informasi yang ditemukan melalui media digital
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Kominfo,”Status Literasi Digital Indonesia tahun di 34 Provinsi tahun 2020”, mengungkapkan indeks kemampuan litersi digital masyarakat Indonesia sebanyak 3,47 persen.
Berdasarkan pembagian wilayahnya, Indonesia bagian tengah cederung lebih baik, seperti di kawasan Bali, Kalimantan dan Sulawesi.
Masih dari laporan yang sama disebutkan, beberapa indeks tinggi literasi digital diikuti oleh beberapa faktor seperti usia.
Disebutkan generasi Gen Y literasi digitalnya berada di persentase 25 persen yang digolongkan sebagai indeks tinggi. Kemudian disusul generasi Generasi Z dengan persentase sebanyak 13 persen, kemudian ada generasi Gen X dan Boomer dengan tinggi indeks literasi digitalnya sebanyak 10 persen.
Kemudian tinggi literasi digital juga diikuti dengan tinggi pendidikan. Diketahui untuk setingkat pendidikan tinggi, indeks literasi digitalnya mencapai 11 persen. Sedangkan untuk di tingkat pendidikan rendah, indeks tinggi literasi digitalnya berada di 37 persen.
Selain itu kemampuan mengenali hoaks juga menjadi pengaruh penilaian kemampuan tinggi indeks literasi digital, laporan yang diliris Kominfo menemukan bahwa sebanyak 8 persen yang mampu mengenali hoaks pada indeks tertingginya, sedangkan ketidakmampuan mnegenali hoaks, indeks terendahnya mencapai di persentase 45 persen.
Selanjutnya, indek tinggi literasi digital juga dinilai dari penggunaan internet berdasarkan intensitasnya. Pada penggunaan intensitas internet tinggi menghasilkan indeks tinggi literasinya mencapai 15 persen sedangkan penggunaan intensitas internet rendah, menghasilkan tinggi indeks literasi digital dengan nilai 35 persen.
TIKA AYU
Baca : Literasi Digital Netizen Indonesia, Paling Banyak Cari Soal Keamanan Siber