TEMPO.CO, Jakarta - Covid-19 varian Omicron merebak cepat dalam dua bulan sejak pertama kali terdeteksi di Tanah Air. Varian ini kini sudah menyebar hampir di seluruh negara dan menyebabkan lonjakan kasus gelombang ketiga.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito membeberkan sejumlah fakta ilmiah karakteristik varian Omicron dari hasil penelitian para ahli internasional.
Pertama, varian Omicron menyebabkan kenaikan kasus yang lebih tinggi dibandingkan varian Delta karena memiliki karakteristik yang mudah menular. Penyebabnya, varian Omicron memiliki tingkat mutasi tinggi yang mempengaruhi kemampuannya menginfeksi tubuh. "Mencegah penularan sejak level individu adalah cara terbaik untuk mencegah lonjakan kasus," katanya.
Karakteristik selanjutnya, Wiku menuturkan, varian Omicron memiliki masa inkubasi yang lebih cepat dibanding varian lain. Berdasarkan data penelitian, kata Wiku, median masa inkubasi atau munculnya gejala sejak terpapar virus cenderung singkat.
"Gejala pada Omicron tidak spesifik namun disinyalir lebih ringan terutama pada kelompok yang punya kekebalan," kata Wiku.
Meski demikian, Wiku mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tindakan preventif. Sebab, infeksi pada kelompok rentan masih bisa menyebabkan gejala yang parah bahkan kematian.
Studi terbaru pada 2022 menyebut angka rawat inap di rumah sakit lebih rendah daripada varian Delta. Namun, Wiku mengingatkan, meski kasus Omicron dianggap tidak memerlukan perawatan intensif, jika kenaikan kasus terus menerus tinggi, layanan kesehatan nasional bisa ikut terancam karena permintaan layanan di rumah sakit ikut meningkat. "Tingginya penularan dapat menempatkan populasi rentan lebih berisiko," ujar dia.
Wiku menuturkan Omicron dapat menular pada orang yang sudah pernah terinfeksi. Artinya, varian ini dapat menghindari kekebalan yang disebabkan oleh varian lainnya. WHO dalam rilisnya menyebutkan orang yang sudah pernah terinfeksi tidak boleh mengabaikan protokol kesehatan dan tetap harus divaksin.
Selain itu, berbagai studi yang dirangkum WHO menyebut vaksin berkurang efektifitasnya dalam menghadapi varian Omicron. Namun, Wiku mengatakan, vaksin masih banyak berperan mencegah keparahan dan kematian. "Infeksi akan lebih efektif dicegah dengan vaksinasi booster," katanya.
MAYA AYU PUSPITASARI