Bagi sebagian orang Jawa, menurut Suwardi Endraswara, sesajen dipandang sebagai bentuk “slametan”, agar dirinya terhindar dari mara bahaya. “Oleh sebab itu, dalam setiap kehidupan masyarakat tradisional Jawa, sebisa mungkin mempertahankan tradisi ini,” tulis Endraswara dikutip dari bukunya yang berjudul Agama Jawa, Ajaran, Amalan, dan Asal-usul Kejawen (2015).
Begitu pula dengan masyarakat Hindu di Bali. Ritus persembahan sesajen menjadi praktik keagamaan yang paling penting dalam kehidupan di sana. Menurut I Ketut Keriana, sesajen sebagai simbol perwujudan yadnya untuk dapat diserap isi jagat yang dirangkai dalam satu kesatuan sesaji untuk kemudian dipersembahkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Fungsi memberikan sesajen, dalam tradisi Hindu Bali, di antaranya sebagai alat pengendali atau pengawas norma-norma masyarakat, dan sebagai pranata lembaga-lembaga kebudayaan.
“Di sisi lain, juga sebagai sarana kerukunan hidup antar anggota masyarakat, menumbuhkan sifat dan sikap kebersamaan dan kegotong-royongan,” terang I Ketut Keriana dalam bukunya yang berjudul Prosesi Upakara & Yadnya (2007).
Salah satu contoh penerapannya, misalnya pemberian sesajen dalam bentuk menyembelih hewan tertentu dan menyajikan darahnya kepada para dewa, leluhur, arwah penjaga bumi, dan makhluk-makhluk lain. Hal ini, sebenarnya dimaksudkan untuk menjalin hubungan dan komunikasi antara manusia dengan makhluk-makhluk tersebut. Atau dengan kata lain, sebagai bentuk solidaritas manusia kepada alam-alam lainnya.
Hal ini selaras dengan pandangan Clifford Geertz (1992), menguraikan bahwa setiap orang, dalam arti keagamaan, membutuhkan media atau sarana untuk berkomunikasi.
Media ini, yakni dalam wujud simbolis yang berperan sebagai komunikator pesan. Sebab, menurutnya, kekuatan sebuah doa dalam ritual keagamaan terletak pada kemampuan simbol-simbolnya. Agama melukiskan kekuatan imajinasi manusia untuk membangun gambaran di realitas yang ada.
Berdasarkan konsep ini, Geertz menegaskan kembali bahwa suatu proses ritual yang bersifat religius harus memiliki keyakinan untuk menjaga hubungan yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Menjaga keharmonisan antara manusia dengan alam dapat diwujudkan, salah satunya melalui wujud sesajen.
HARIS SETYAWAN
Baca juga : UIN Yogyakarta: Penendang Sesajen Semeru DO Sejak 2014
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.