TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) meminta agar skema pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen dilakukan secara bertahap.
“PTM 100 persen ini terlalu terburu-buru,” kata Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri dalam keterangannya, Selasa, 11 Januari 2022.
Iman menilai, skema PTM bisa dimulai 50 persen, lalu dievaluasi. Jika hasilnya bagus, maka lanjut PTM 75 persen dan seterusnya hingga 100 persen. Intinya, kata Iman, harus ada evaluasi komprehensif secara berkala karena saat ini ada peningkatan kasus positif varian Omicron.
“P2G berharap Kemdikbudristek meninjau ulang kebijakan PTM 100 persen. Khususnya daerah seperti DKI Jakarta termasuk daerah penyangga aglomerasi seperti Bodetabek,” ujarnya.
Selain adanya peningkatan kasus Omicron, P2G juga menemukan sejumlah pelanggaran protokol kesehatan selama penerapan PTM terbatas 100 persen. Misalnya, ada sekolah yang diam-diam membuka kantin, padahal dilarang. Jarak siswa tak sampai 1 meter, ventilasi udara tidak ada, siswa yang main TikTok tanpa memakai masker, hingga kerumunan usai pulang sekolah.
Iman juga mendesak pemerintah meningkatkan vaksinasi anak 6-11 tahun, termasuk vaksinasi booster untuk guru. P2G meminta agar vaksinasi guru dan pesera didik menjadi acuan, khususnya untuk siswa SD.
Menurut Iman, capaian vaksinasi 6-11 tahun saat ini masih di bawah vaksinasi anak 12-17 tahun yang sudah mencapai 80 persen. Di samping itu, guru juga kerap menghadapi risiko terpapar Covid-19 dengan banyak anak setiap hari. “Jadi sudah selayaknya guru mendapat booster vaksinasi untuk melindungi diri, keluarga, dan peserta didik,” kata dia.
FRISKI RIANA
Baca: Ancaman Covid-19 Varian Omicron di Tengah PTM 100 Persen di Jakarta