Seperti yang terfjadi di SPBU di kawasan Kota Ngawi, persediaan BBM sejak pagi, Jumat (9/1). Penyebabnya, pasokan BBM yang semua setiap hari sebanyak 16 ribu, kini dikurangi 40 persen. Salah seorang petugas SPBU, Nanang Suyanto mengaku tidak mengetahui penyebab pengurangan pasokan BBM ini. "Padahal permintaan semakin meningkat. Sebab, konsumen mulai menyerbu pom," katanya.
Selain itu, pasokan BBM juga sering mengalami keterlambatan. Sebab, awalnya BBM dipasok depo Pertamina Madiun, kini dialihkan ke depo Pertamina Boyolali Jawa Tengah.
Imam Wahyudi salah seorang pengemudi rela menunggu pasokan meski belum ada kepastian waktu pengiriman BBM. Ia rela menunggu lama sebab persediaan BBM kendarannya telh menipis.
"Kami sekeluarga dari Solo menuju Bojonegoro. Tapi BBM hanya tersisa sedikit," ujarnya.
Ia mengaku tak berani melanjutkan perjalanan khawatir kehabisan BBM di jalan. Apalagi, sepanjang perjalanannya tidak ditemukan satupun SPPBU yang buka. Rata-rata pengelola SPNU telah kehabisan persedian semua jenis BBM.
Sedangkan di Madiun, sejumlah angkutan umum membatasi jadual keberangkatannya. Seperti yang terjadi di Terminal Purbaya Madiun, sejumlah angkutan kota memilih menungggu lama di dalam terminal hingga penumpang penuh. Bahkan, dalam sehari jika sebelumnya empat kali perjalanan trayek, kini hanya separoh.
Bahkan, sejumlah pengemudi angkutan umum tidak menjalankan sesuai trayek, mereka memilih hanya separoh trayek dan kembali ke terminal. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya operasional. Sebab, saat ini penumpang sepi sedangkan biaya operasional melonjak tajam. Mereka membeli bensin di penjual eceran seharga Rp 7 ribu. "Penumpang sepi, bensin mahal," ujar Suito, salah seorang pengemudi angkutan umum.
Demikian juga dengan pengemudi truk barang atau cargo, mereka memilih berhenti operasional menyusul kelangkaan BBM. Seperti di termial Cargo Madiun, kini menumpuk truk pengangkut barang yang berhenti beroperasi. Truk diparkir di terminal cargo, hingga pasokan BBM di SPBU kembali lancar. EKO WIDIANTO