TEMPO.CO, Jakarta - 10 tahun lalu, Sondang Hutagalung meninggal, tiga hari setelah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno (UBK) angkatan 2007 itu melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka Jakarta pada 7 Desember 2011.
Motif aksi bakar diri Sondang Hutagalung masih menjadi tanda tanya besar. Asumsi yang paling kuat adalah soal kekecewaannya atas penegakan keadilan di Indonesia yang masih belum jelas. Hal ini dapat dilihat dalam catatan Sondang yang ditulis di buku harian kekasihnya.
"Terkutuklah buat ketidakadilan, terkutuklah buat ketidakpedulian, terkutuklah buat kemiskinan, terkutuklah buat rasa sakit dan sedih, terkutuklah buat para penguasa jahat, terkutuklah buat para penjahat, setelah aku tidak punya rasa lagi," tulis Sondang seperti dikutip Tempo dari laman antaranews.com, Senin, 10 Desember 2012.
Ayah Sondang, Pitor Hutagalung, menyesalkan pemerintah yang tidak ada perubahan signifikan dari tuntutan penegakan keadilan yang dibawa oleh anaknya. "Yang paling parah, (terpidana) narkotika yang divonis mati, malah diberi grasi. Cita-cita Sondang tentang penegakan keadilan belum tercapai," kata Pitor.
Sama seperti ayahnya, ibu Sondang Hutagalung, Saur Dame Hutagalung, juga belum melihat keadilan yang dituntut oleh anaknya di Indonesia. “Lihat saja, persoalan-persoalan malah makin menjadi-jadi,” kata Saur
NAUFAL RIDHWAN ALY
Baca: Sondang Hutagalung, Mahasiswa Bakar Diri di Depan Istana Merdeka 10 Tahun Lalu