Dalam Teks Tantu Panggelaran, diceritakan, ketika Batara Guru memerintahkan hyang Brahma dan Wisnu menciptakan manusia, pulau Jawa masih bergoyang dan bergerak berpindah-pindah lantaran belum terdapat gunung-gunung sebagai pengukuh. Oleh sebab itu, batara Guru bersemadi di Dihyang yang kini menjadi Dieng di pulau Jawa bersama batari Prameswari.
Setelah batara Guru lama bersemadi, ia memerintahkan para dewa, golongan resi, raksasa, bidadara, dan makhluk setengah dewa untuk memindahkah gunung Mahameru dari India ke pulau Jawa, agar pulau Jawa tidak bergoyang lagi dan menjadi kokoh. Batara Wisnu bertugas menjadi naga untuk memutar Mahameru, batara Brahma menjadi kura-kura sebagai alas untuk menggotongnya, dan batara Bayu sebagai dewa kekuatan bersama para dewa, golongan resi, raksasa, bidadara, dan makhluk setengah dewa tersebut mengangkat gunung Mahameru.
Setelah sampai di Pulau Jawa, gunung Mahameru diletakkan di bagian Barat. Tetapi pulau Jawa menjadi berat sebelah karenanya, akibatnya bagian barat menjadi turun dan bagian timur menjadi naik. Oleh karena itu, agar pulau Jawa menjadi seimbang, Mahameru kemudian dipangkas bagian atasnya dan dibawa ke timur. Sementara Bongkotnya tetap berada di barat bernama Gunung Kelasa.
Pada saat puncak gunung Mahameru dibawa ke arah timur, ada bagian-bagian yang berguguran dari gunung tersebut yang menjadi gunung-gunung pula. Tanah yang runtuh pertama menjadi Gunung Katong, yang kedua menjadi Gunung Wilis, yang ketiga menjadi Gunung Kampud, yang keempat menjadi Gunung Kawi, yang kelima menjadi Gunung Arjuna, dan yang keenam menjadi Gunung Kumukus.
Karena banyak tanah yang runtuh, puncak Gunung Mahameru menjadi ceruk, sehingga berdirinya agak condong ke bagian utara. Agar berdirinya kokoh, puncak Mahameru kemudian disandarkan ke Gunung Brahma. Puncak gunung tersebut diberi nama Pawitra.
Sementara, bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Siwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke Pulau Jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: Soe Hok Gie Embuskan Napas Terakhirnya di Gunung Semeru, 52 Tahun Lalu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.