TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu sore 4 Desember 2021. Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Candipuro mendeteksi getaran banjir lahar atau awan panas sejak pukul 14.47 WIB.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, menjelaskan getaran amplitudo maksimal 20 milimeter. “Getaran amplitudo maksimalnya 20 milimeter,” kata dia, Sabtu, 4 Desember 2021.
Gunung Semeru sendiri dianggap keramat oleh leluhur, bahkan dalam kitab kuno Tantu Panggelaran, Gunung Semeru atau Mahameru disebut sebagai tonggak penciptaan Pulau Jawa yang diangkat dari India agar senantiasa kokoh. Menurut kepercayaan orang India, gunung Meru berdiri di pusat dunia dan di atasnya bersinar bintang utara atau bintang kutub. Rakyat Ural-Altaic juga mengenal gunung pusat, Semeru, yang di atas puncaknya bintang utara ditetapkan.
Dosen Universitas Indonesia Turita Indah Setyani dalam studinya Myths and Kekinian, Study of the Text Tantu Panggelaran mengungkapkan, di Jawa, sejak zaman berkembangnya agama Hindu dan Buddha, gunung Mahameru dipercayai sebagai titik pusat alam semesta. Gunung Mahameru yang dimaksud adalah gunung dalam konsepsi ajaran Hindu.
Mulanya Mahameru terletak di benua Jambudwipa (India) sebagai pusat alam semesta yang merupakan tempat persemayaman para dewa. Benua Jambudwipa dicirikan dikelilingi tujuh lautan dan rangkaian pegunungan. Di tepi samudera terluar terdapat dinding pegunungan yang tidak dapat didaki manusia yang disebut Chakrawala atau Chakravan. Matahari, bulan dan bintang beredar mengelilingi puncak Mahameru yang menjulang tinggi. Dan konon di langit di atas puncak Mahameru terdapat tujuh lapisan surga.