TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Provinsi Lampung Arinal Djunaidi berjanji terus mengembangkan kopi lokal Lampung untuk dunia. Dalam upayanya itu, Arinal berharap masyarakat, khususnya para pengusaha kopi ikut menjaga kualitas kopi Lampung. Salah satu tindakan yang sangat ia larang adalah mencampur kopi lokal dengan kopi impor. "(Kopi Lampung) jangan dicampur dengan kopi Vietnam," katanya pada konferensi pers virtual bertajuk Rayakan 50 Tahun di Indonesia, Nestlé Perkuat Kemitraan untuk Perkebunan Kopi Berkelanjutan pada 4 November 2021.
Arinal mengatakan masih mendapati beberapa petani lokal yang mencampur kopi Lampung yang berkualitas tinggi dengan kopi impor yang kualitas rendah untuk diekspor ke luar negeri. Menurutnya, hal itu bisa membuat rasa khas kopi Lampung kurang terasa. Padahal ia yakin, para pecinta kopi asing, khususnya di Amerika, bisa membedakan kualitas kopi. "Lidah kopi di Amerika sana kan hebat. Bisa membedakan kualitas kopi yang baik dan yang mana yang tidak," katanya.
Ia pun meminta agar para pihak, termasuk Nestle yang bekerja sama dengan para petani kopi lokal, juga mengecek keaslian kopi yang digunakannya. "Cek hasil panen kopi. Harus betul-betul merah," kata Arinal.
Arinal pun mengajak pihak swasta untuk melapor kepadanya bila menemukan ada petani kopi nakal yang berani mencampurkan kopi Lampung dengan kopi impor berkualitas rendah. "Biasanya kan pengusaha lebih tahu apakah saingannya curang atau tidak. Segera kasih tahu saya bila ada yang nakal," katanya.
Cara lain yang Arinal harapkan bisa meningkatkan pamor kopi lokal Lampung adalah dengan menuliskan asal kopi itu di kemasan para pelaku industri. Hal itu juga berlaku pada Nestle. Dengan begitu, Arinal berharap orang-orang akan lebih mudah mengenal kopi yang sedang dikonsumsinya. "Saya percaya seluruh rangkaian kerja sama yang telah terjalin dapat terus mendukung dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi khususnya di Provinsi Lampung. Tapi tolong dong pasang 'Lampung' di kemasan Nestle," katanya.
Nestle merayakan 50 tahun perusahaan ini hadir di Indonesia. Dalam rangka perayaan ini, Nestlé memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para petani kopi yang telah bermitra dan menghadirkan bahan baku setempat berkualitas untuk memenuhi kebutuhan produksi Nestlé di Indonesia dan global.
Sejak 1994, Nestlé telah bermitra dengan petani kopi lokal di Lampung untuk mendukung produksi kopi yang bertanggung jawab. Melalui tim AgriService, Nestlé Indonesia memberikan pendampingan dan pelatihan, sejalan dengan misi jangka panjang Nestlé untuk mendukung dan mempercepat transisi ke pangan regeneratif, yang bertujuan untuk melindungi dan memulihkan lingkungan untuk generasi mendatang.
Saat ini, tim AgriService Nestlé telah bekerja sama dengan 20 ribu petani kopi di Tanggamus dan Lampung Barat, dengan memberikan pelatihan tentang praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan untuk mengoptimalkan produktivitas dan meningkatkan kualitas biji kopi. Tim AgriService Nestlé juga mendistribusikan bibit kopi unggul yang tahan penyakit, sebagai bagian dari penerapan program global NESCAFÉ Plan, yang diluncurkan di Indonesia pada 2010.
Bermitra dengan GIZ, Nestlé memberikan pendampingan kepada para petani kopi untuk belajar mengelola kebun kopinya sebagai suatu bisnis dan melakukan perkebunan kopi tumpang sari guna membantu petani meningkatkan pendapatannya. Sebanyak 55 kebun percontohan milik petani telah berhasil dibangun bersama para petani dan memberikan hasil yang menggembirakan.
Technical Director Nestlé Indonesia, Jean-Luc DeVuyst mengatakan selama 50 tahun, Nestle fokus untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku setempat, termasuk biji kopi, dan menghasilkan produk makanan dan minuman berkualitas dan bergizi yang aman dan lezat bagi konsumen, serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia. "Hingga saat ini, kami melakukan pembelian bahan baku biji kopi sebanyak lebih dari 50.000 ton per tahun atau setara dengan USD 80 juta per tahun. Kemitraan ini merupakan wujud nyata keyakinan kami bahwa untuk mencapai sukses jangka panjang, masyarakat sekitar di mana kami beroperasi juga harus sejahtera. Oleh karena itu, kami ingin memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh mitra petani kopi di Lampung,” kata Jean-Luc DeVuyst.
Baca: Dosen ITB Rancang Bangunan untuk Pengeringan Kopi, Menjebak Sinar Matahari