Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjelang COP26, Walhi Nilai Perdagangan Karbon Hanya Akal-akalan Negara Besar

image-gnews
Ilustrasi pajak karbon. Shutterstock
Ilustrasi pajak karbon. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menentang wacana perdagangan karbon dan karbon offset, yang akan dibahas dalam konferensi perubahan iklim COP26, yang digelar 1 dan 2 November 2021 di Glasgow. Walhi menilai hal itu hanya dalih dari negara besar untuk berkelit dari tanggung jawab yang lebih besar.

"Kami menganggap mekanisme offset dan dagang karbon justru akan menimbulkan ketidakadilan selanjutnya, dalam konteks perundingan dan kesepakatan dalam perubahan iklim," kata Manajer Kampanye Keadilan Iklim Walhi, Yuyun Harmono, dalam diskusi daring, Ahad, 31 Oktober 2021.

Yuyun mengatakan mekanisme offset dan dagang karbon mengalihkan perhatian dari upaya sesungguhnya untuk menuntut tanggung jawab dari negara maju. Yaitu agar mereka menurunkan emisi secara drastis di negara mereka sendiri.

Hal itu juga mengalihkan tanggung jawab negara maju untuk menyediakan pendanaan bagi negara-negara berkembang, untuk mentransformasi ekonomi negara berkembang supaya dia tidak mereplikasi modal ekonomi negara maju yang sangat tinggi karbon.

"Jadi arah menuju pembangunan yang rendah karbon itu juga harus didorong dengan penyediaan pendanaan yang kongkrit," kata Yuyun. Hal itu, sudah sesuai dengan mandat dari Paris Agreement.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hingga saat ini, Yuyun mengatakan tak ada niat baik dari negara-negara maju untuk secara serius membahas ini. Komitmen untuk penyediaan US$ 100 miliar dari 23 negara maju itu tak pernah tercapai. Laporan terakhir menyebut hanya 80 persen yang itu dipenuhi dan itu pun kebanyakan digunakan untuk membiayai aktivitas projek yang berbasis pada mitigasi.

"Artinya adaptasi perubahan iklim itu dianaktirikan. Celakanya lagi sebagian besar itu diberikan dalam bentuk utang, bukan dalam bentuk hibah. Ini artinya bukan kerja sama internasional, tapi upaya untuk menjebak negara-negara berkembang dalam mekanisme utang," kata Yuyun.

Padahal selama ini, Yuyun mengatakan faktor pemberat negara-negara berkembang untuk mentransformasi ekonominya adalah beban utang yang harus dibayarkan. Hal ini tak pernah dibahas secara serius dalam pertimbangan negara-negara maju dalam menyusun kerjasama internasional mereka. "Mekanisme perdagangan karbon dan offset itu menjadi celah dalam upaya penurunan emisi yang lebih drastis dan cepat," kata Yuyun.

Baca juga: Selandia Baru Janji Pangkas 50 Persen Gas Rumah Kaca

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dunia Dibayangi Krisis Iklim, Paus Fransiskus Minta Politikus Berubah Pikiran

6 jam lalu

Paus Fransiskus menyaksikan pertemuannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Palais du Pharo, pada kesempatan Pertemuan Mediterania (MED 2023), di Marseille, Prancis 23 September 2023 Andreas Solaro/Pool via REUTERS/File Photo
Dunia Dibayangi Krisis Iklim, Paus Fransiskus Minta Politikus Berubah Pikiran

Paus Fransiskus dalam dokumen terbaru mengatakan perubahan iklim dan penyebabnya tak dapat dibantah.


Air Baku IPA Hutan Kota Tercemar Deterjen, Walhi DKI: Bukan Satu-satunya

9 jam lalu

Instalasi Pengolahan Air atau IPA Hutan Kota di Penjaringan, Jakarta Utara. Dampak kemarau panjang mengungkap tingkat pencemaran air baku asal Kanal Banjir Barat yang memaksa IPA setop produksi. TEMPO/AISYAH
Air Baku IPA Hutan Kota Tercemar Deterjen, Walhi DKI: Bukan Satu-satunya

PT Jakpro Memiontec mengatakan ada kandungan deterjen pada air baku IPA Hutan Kota sehingga tidak bisa diolah sebagai air baku .


Transaksi Perdana Karbon Tranding, Aksi Nyata PHE Dukung Net Zero Emission

1 hari lalu

Transaksi Perdana Karbon Tranding, Aksi Nyata PHE Dukung Net Zero Emission

PHE mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia dalam upaya mengelola resiko perubahan iklim


Bursa Karbon Sepi Transaksi, Ekonom: Target Rp 3.000 Triliun Cukup Menantang

2 hari lalu

Para tamu undangan menghadiri peluncuran Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 26 September 2023. Pada perdagangan perdana Bursa Karbon, BEI mencatat terdapat 13 transaksi dengan jumlah volume emis yang diperdagangkan mencapai 459.914 tCO2e. Selain itu, jumlah pengguna jasa bursa karbon saat ini baru mencapai 16 perusahaan. Tempo/Tony Hartawan
Bursa Karbon Sepi Transaksi, Ekonom: Target Rp 3.000 Triliun Cukup Menantang

Bursa Karbon yang baru diluncurkan pekan lalu masih sepi transaksi. Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira buka suara perihal ini.


Pulau Rempang Belum Selesai, Berikut Tanggapan Kritis Walhi, Ombudsman, KontraS, NCW, dan Komnas HAM

3 hari lalu

Konflik agraria terbaru yaitu terjadi di Pulau Rempang pada 8 September 2023. Hal itu bermula sejak hadirnya Badan pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) sebagai Otorita Batam. Otorita itu memiliki hak pengelolaan atas seluruh tanah di wilayah tersebut. Pulau Rempang menjadi salah satu pulau yang dikelola BP Batam. Pulau Rempang hendak dikosongkan untuk membuat proyek Rempang Eco City. Pulau itu sendiri dianggap sebagai kawasan hutan meskipun dihuni oleh sekira 7.500 penduduk. ANTARA
Pulau Rempang Belum Selesai, Berikut Tanggapan Kritis Walhi, Ombudsman, KontraS, NCW, dan Komnas HAM

Persoalan Pulau Rempang belum selesai, beberapa lembaga menyampaikan tanggapan kritisnya seperti Walhi, Ombudsman, KontraS, NCW, dan Komnas HAM.


Terpopuler: Kekayaan Syahrul Yasin Limpo yang Terseret Kasus Korupsi, Dampak Rempang Eco City Tidak Punya Amdal

4 hari lalu

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, seusai memenuhi panggilan penyidik untuk menjalani pemeriksaan, di KPK, Jakarta, Senin, 19 Juni 2023. Syahrul diperiksa untuk diminta keterangan dalam pengembangan penyelidikan kasus tindak pidana korupsi di Kementerian Pertanian RI. TEMPO/Imam Sukamto
Terpopuler: Kekayaan Syahrul Yasin Limpo yang Terseret Kasus Korupsi, Dampak Rempang Eco City Tidak Punya Amdal

Terpopuler: Kekayaan Menteri Syahrul Yasin Limpo yang terseret kasus dugaan korupsi, dampak Rempang Eco City yang tidak punya Amdal.


Walhi: Kerusakan Ekologi Rempang Eco City Lebih Besar dari Dampak Ekonomi

5 hari lalu

Warga membawa spanduk saat unjuk rasa bela Rempang di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, 26 September 2023. Mereka menuntut aparat untuk membebaskan warga yang ditahan saat konflik agraria antara warga Rempang dibubarkan oleh aksi represif polisi. Massa aksi juga menyerukan agar pemerintah lebih pro pada hak-hak rakyat ketimbang pencaplokan lahan demi investasi. TEMPO/Prima mulia
Walhi: Kerusakan Ekologi Rempang Eco City Lebih Besar dari Dampak Ekonomi

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia menyebut potensi kerusakan ekologi akibat proyek Rempang Eco City lebih besar dibanding dampak ekonomi.


Rempang Eco City Tidak Punya Amdal, Walhi: Seperti Bikin Mie Instan

5 hari lalu

Warga membawa poster saat unjuk rasa bela Rempang di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, 26 September 2023. Mereka menuntut aparat untuk membebaskan warga yang ditahan saat konflik agraria antara warga Rempang dibubarkan oleh aksi represif polisi. Massa aksi juga menyerukan agar pemerintah lebih pro pada hak-hak rakyat ketimbang pencaplokan lahan demi investasi. TEMPO/Prima mulia
Rempang Eco City Tidak Punya Amdal, Walhi: Seperti Bikin Mie Instan

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia mengatakan proyek Rempang Eco City tidak memiliki analisis dampak lingkungan atau Amdal.


Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

5 hari lalu

Sejumlah aktivis dari organisasi masyarakat sipil membentangkan poster dan spanduk saat menggelar aksi terkait KTT G20 India di depan Kedutaan Besar India, Gama Tower, Jakarta, Jumat, 8 September 2023. Aksi tersebut untuk merespon Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India yang menurutnya 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini gagal memenuhi komitmen mereka; dan sebaliknya, terus membelanjakan uang negara mendukung kebijakan-kebijakan yang lemah dalam upaya-upaya untuk menutup kesenjangan dalam keringanan utang, perpajakan, dan mitigasi perubahan iklim serta transisi energi yang hanya memperburuk dampak dari berbagai krisis dan tidak melihat penderitaan kelompok yang terpinggirkan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

Jejaring kewirausahaan sosial global Ashoka meluncurkan gerakan inovatif 'Gaharu BUMI innovation Challenge' di Jakarta, Jumat, 29 September 2023.


Kampus Institut Teknologi PLN Diubah Menjadi Bangunan Rendah Karbon

5 hari lalu

Gedung Institut Teknologi PLN di Cengkareng, Jakarta. ANTARA/HO-PLN.
Kampus Institut Teknologi PLN Diubah Menjadi Bangunan Rendah Karbon

PT PLN Energi Primer Indonesia menyiapkan infrastruktur fisik baru kampus Institut Teknologi (IT) PLN di Cengkareng. Menjadi bangunan rendah karbon.