Sejumlah jalan utama di desa tersebut terganang air sehingga sejumlah motor dan mobil mogok setelah mesinnya tergenang air. Sejumlah warga bergotong royong membantu mendorong mobil yang mogok. Banjir ini terjadi setelah hujan deras selama tiga jam menguyur daerah ini.
Penyebabnya Sungai Piring meluap karena tak mampu menampung air hujan serta banjir kiriman dari lereng Gunung Wilis. Warga sekitar malam ini mulai membuat tanggul dari karung berisi pasir agar air banjir tidak masuk ke dalam rumah. "Setiap tahun daerah ini menjadi langganan banjir," kata Mulyono, 35 tahun, warga Tempur Sari.
Sekitar ratusan hektar sawah pertanian juga terendam air. Padahal, sebagian warga saat ini tengah memasuki masa tanaman. Akibatnya, bibit tanaman padi yang baru berumur satu bulanan rusak terendam air banjir. "Saya baru saja menabur pupuk. Bisa rugi besar kalau banjir seperti ini," jelas Mulyono.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Madiun Suhardi mengatakan tiga desa itu selalu mejadi langganan banjir. Sejauh ini, banjir masih bisa dikendalikan serta tidak ada korban jiwa.
Menurutnya, Satuan Pelaksana Penangulangan Bencana Kabupaten Madiun menyiagakan seribu relawan untuk mengantisipasi bencana alam. Relawan ini merupakan anggota perlindungan masyarakat dan warga setempat yang telah terlatih menangani bencana alam.
"Kami telah mengingatkan warga agar tetap waspada terhadap banjir dan tanah longsor," katanya. Kini, sebanyak 10 kecamatan di Kabupaten Madiun dinyatakan waspada bencana banjir dan tanah longsor. Kecamatan rawan banjir diantaranya Madiun, Balerejo, Sawahan, Wungu, dan Wonoasri.
EKO WIDIANTO