TEMPO.CO, Jakarta - Alih status menjadi aparatur sipil negara (ASN) melalui tes wawasan kebangsaan (TWK) yang ditengarai Komnas HAM dan Ombudsman RI bermasalah, membuat Novel Baswedan dan 56 pegawai KPK diberhentikan. Pada 30 September 2021, menjad hari terakhir mereka berkantior di Gedung Merah Putih, Kuningan, Jakarta.
Novel Baswedan mengatakan, setelah keluar dari KPK, ia tetak konsolidasi dengan eks KPK lain. “Saya tetap konsolidasi dengan kawan-kawan agar bisa solid untuk menjaga semangat perjuangan antikorupsi,” katanya kepada Tempo.co, 1 Oktober 2021.
Mantan penyidik senior KPK yang berkali-kali memimpin satgas OTT berberapa kasus korupsi ini, mengaku ia sedih. Namun, kesedihannya bukan karena ia diberhentikan sebagai pegawai KPK. “Saya sedih, karena hak untuk berjuang antikorupsi telah dibajak. Dibajak untuk membuat KPK lemah dan pemberantasan korupsi mati. Sedih karena saya tidak bisa apa-apa, dan pemerintah diam yang membuat wibawa hukum jatuh,” kata dia.
“Padahal Ombudsman dan Komnas HAM telah menemukan bukti yang jelas dan kuat tentang perbuatan sewenang-wenang dan melawan hukum yang dilakukan oleh Pimpinan KPK,” katanya, menandaskan. “Kami tetap berupaya dan mendesak agar pemerintah memulihkan dampak dengan menjalankan rekomendasi Komisi Ombudsman RI dan Komnas HAM,” ujarnya.
Novel Baswedan menegaskan, mereka berupaya pula memberi hukuman kepada Pimpinan KPK dan pejabat terkait karena telah melakukan serangkaian manipulasi dan perbuatan ilegal lainnya, agar tidak menjadi preseden buruk bagi upaya pemberantasan korupsi. “Juga atas kerusakan yang ditimbulkan pada tata kelola kepegawaian KPK dan mengangkat kembali pegawai KPK yang disingkirkan,” katanya.
Kemarin, Novel Baswedan dkk keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 13.30, seusai mengembalikan barang kantor. Lalu mereka berfoto bersama sembari menaruh kartu identitasnya ke tanah di depan gedung KPK. Beberapa mantan komisioner KPK seperti Saut Situmorang, Bambang Widjojanto, Busyiro Muqoddas dan Abraham Samad serta pegiat antikorupsi lain menyambut mereka.
Baca: Novel Baswedan Ingat Masa Kanak-kanak di Kampung Sumur Umbul Semarang