Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alasan DN Aidit Menghapus Kata Achmad Pada Namanya

image-gnews
DN Aidit saat memberikan sambutan pada ulang tahun ke-5 Partai Persatuan Sosialis Jerman (Sozialistische Einheitspartei Deutschlands) di Berlin (1958). wikipedia. org
DN Aidit saat memberikan sambutan pada ulang tahun ke-5 Partai Persatuan Sosialis Jerman (Sozialistische Einheitspartei Deutschlands) di Berlin (1958). wikipedia. org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit lahir di Tanjung Pandan, Belitung, pada 30 Juli 1923. Ayahnya, Abdullah Aidit, merupakan sosok terpandang karena pernah memimpin perlawanan pada Belanda dan menjadi anggota DPR sementara.

Aidit lahir dari lingkungan keluarga yang Islami. Ayahnya pernah mendirikan perkumpulan keagamaan Nurul Islam yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Ketika lahir ayahnya memberi nama Achmad Aidit.

Achmad Aidit merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Dua di antaranya adik tiri.

Di awal 1936, Achmad Aidit yang baru berusia 13 tahun menyatakan niatnya keluar dari kampong. “Aku mau ke Batavia” katanya seperti dikutip dari buku Aidit: Dua Rupa Wajah Dipa Nusantara. Setibanya di Batavia, Aidit ditampung di rumah seorang pegawai polisi bernama Marto di kawasan Cempaka Putih. Marto merupakan kawan Abdullah.

DN Aidit awalnya ingin melanjutkan sekolah menengah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Namun hal itu batal karena waktu pendaftaran sudah ditutup. Ia beralih ke Middestand Handel School (MHS), sebuah sekolah dagang di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Idealisme dan bakat kepemimpinan DN Aidit lebih menonjol di antara kawan sebayanya di MHS. Pernah sekali ia mengorganisasi kawannya untuk melakukan bolos massal demi mengantarkan jenazah pejuang kemerdekaan, Muhammad Husni Thamrin, yang ketika itu akan dimakamkan. Aidit tidak pernah menyelesaikan pendidikan formalnya di MHS, dia lebih aktif di kegiatan luar sekolah.  

Situasi politik ibu kota menarik bagi Aidit. Ia bergabung dengan Persatuan Timur Muda (Pertimu) yang  dimotori oleh Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), di bawah pimpinan Amir Sjariffudin dan Ahmad Kapau Gani. Di organisasi ini persinggungan DN Aidit dengan politik makin menjadi-jadi. Bahkan Ia diangkat menjadi Ketua Umum Pertimu hanya dalam waktu singkat.

Pada masa inilah ia memutuskan mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Menurut adik-adiknya, pergantian nama itu dilatarbelakangi perhitungan politik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perubahan nama tadi tidak langsung diterima Abdullah, lantaran nama Achmad Aidit sudah kadung tercetak di slip gajinya sebagai putra sulung keluarga itu. Perubahan ini akan menimbulkan banyak persoalan jika nama itu mendadak lenyap dari daftar keluarga.

Abdullah dan Aidit berkirim surat beberapa kali, hingga Abdullah menyerah. Mereka  bersepakat, nama DN Aidit baru akan dipakai jika sudah ada pengesahan dari notaris dan kantor Burgelijske Stand-atau catatan sipil.

Sejak perubahan nama itu, tidak banyak orang mengetahui asal-usul DN Aidit.  Dia sering disebut sebut berdarah Minangkabau, dan “DN” di depan namanya adalah singkatan "Djafar Nawawi". Hingga akhirnya DN Aidit lebih dikenal sebagai seorang pemimpin Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC-PKI) pada 1954.

RAHMAT AMIN SIREGAR

Baca juga:

Menebak Alasan Bung Karno Dekat dengan PKI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Muhammadiyah Jakarta: Sosok Gubernur Mesti Solutif untuk Semua Agama

3 jam lalu

Ketua KPU DKI Jakarta Wahyu Dinata berfoto bersama ketiga pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung-Rano Karno saat deklarasi Kampanye Damai Pilkada di kawasan Kota Tua, Jakarta, Selasa, 24 September 2024. Deklarasi tersebut sebagai bentuk kesepakatan dan komitmen bersama untuk mewujudkan kampanye damai tanpa konflik pada Pilkada serentak 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Muhammadiyah Jakarta: Sosok Gubernur Mesti Solutif untuk Semua Agama

Muhammadiyah Jakarta, menginginkan sosok pemimpin yang cerdas dan mampu memberi solusi untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat.


Pramono Anung Rencanakan Program Kesejahteraan Guru Swasta di Jakarta

4 jam lalu

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dengan siswa sekolah.
Pramono Anung Rencanakan Program Kesejahteraan Guru Swasta di Jakarta

Program untuk membantu kesejahteraan guru swasta muncul ketika Pramono Anung berkunjung ke kantor Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jakarta.


Muhammadiyah Jakarta Terima Kunjungan Pramono Anung: Tidak Ada Arahan untuk Memilih

5 jam lalu

Pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung (kiri) dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menyampaikan pandangannya saat menghadiri Dialog Publik Seni di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin, 23 September 2024. ANTARA/Sulthony Hasanuddin
Muhammadiyah Jakarta Terima Kunjungan Pramono Anung: Tidak Ada Arahan untuk Memilih

Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jakarta, menerima Pramono Anung untuk mendiskusikan permasalahan Jakarta.


Pramono Anung Kunjungi Muhammadiyah Jakarta: Bahas Persoalan Masyarakat Miskin Kota

5 jam lalu

Calon gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung (kiri) saat mendatangi Hunian Sementara warga Kampung Bayam di kawasan Jakarta Utara, Kamis, 26 September 2024. Pramono mengaku sudah teken surat kesepakatan atau pakta integritas dengan warga Kampung Susun Bayam (KSB) agar bisa kembali memiliki hunian layak. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Pramono Anung Kunjungi Muhammadiyah Jakarta: Bahas Persoalan Masyarakat Miskin Kota

Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, menerima kunjungan calon gubernur Jakarta nomor urut tiga, Pramono Anung.


5 Tokoh di Balik Pemberontakan PKI Madiun

9 hari lalu

Sejumlah orang mengamati patung keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) seusai mengikuti upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di areal Monumen Korban Keganasan PKI di Kresek, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis 1 Oktober 2020. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tersebut untuk mengenang peristiwa pembantaian oleh PKI pada tahun 1948 di lokasi tersebut dengan puluhan korban terbunuh terdiri prajurt TNI, polisi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan wartawan. ANTARA FOTO/Siswowidodo
5 Tokoh di Balik Pemberontakan PKI Madiun

Pemberontakan PKI di Madiun merupakan salah satu upaya paling serius dari kelompok komunis untuk merebut kekuasaan di Indonesia. Siapa tokoh terlibat?


Mengingat Pemberontakan PKI Madiun 76 Tahun Lalu, Soe Hok Gie Pernah Menuliskannya

9 hari lalu

Petugas mengecat Monumen Korban Keganasan PKI Tahun 1948 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Mengingat Pemberontakan PKI Madiun 76 Tahun Lalu, Soe Hok Gie Pernah Menuliskannya

Pemberontakan PKI-Musso di Madiun, pada pagi hari 18 September 1948, pasukan komunis berhasil menguasai Madiun. Soe Hok Gie pernah menuliskannya.


Ketika Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin Dukung Kader NU di Pilgub Jatim 2024

9 hari lalu

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin atau Din Syamsuddin (kiri) usai menyatakan dukungan kepada bakal pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Luluk Nur Hamidah (tengah) dan Lukmanul Khakim (kanan) di kawasan Cilandak, Jakarta, Kamis (19/9/2024). ANTARA
Ketika Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin Dukung Kader NU di Pilgub Jatim 2024

Din Syamsuddin mengatakan tidak aneh kalau tokoh Muhammadiyah mendukung kader NU.


Pemberontakan Madiun 1948, Ketika Kekuatan Kiri Terkoyak

10 hari lalu

Petugas mengecat Monumen Korban Keganasan PKI Tahun 1948 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Pemberontakan Madiun 1948, Ketika Kekuatan Kiri Terkoyak

Banyak pemimpin kiri, termasuk mereka yang tidak terlibat dalam pemberontakan Madiun, ditangkap atau dibunuh.


18 September 1948 Meletusnya Pemberontakan PKI di Madiun: Bagaimana Kronologinya?

10 hari lalu

Musso atau Paul Mussotte. wikipedia.org
18 September 1948 Meletusnya Pemberontakan PKI di Madiun: Bagaimana Kronologinya?

Para pendukung PKI merebut beberapa tempat strategis di Madiun, membunuh tokoh-tokoh pro-pemerintah, dan mengumumkan pembentukan pemerintahan baru.


Sutradara Film Kupu-Kupu Kertas Tegaskan Netralitas Karya Berlatar Konflik NU-PKI 1965

16 hari lalu

Sutradara film Kupu-Kupu Kertas Emil Heradi saat diwawancara Tempo di Kantor Tempo, Jakarta, Rabu, 4 September 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean'
Sutradara Film Kupu-Kupu Kertas Tegaskan Netralitas Karya Berlatar Konflik NU-PKI 1965

Sutradara Emil Heradi menegaskan film Kupu-Kupu Kertas menghadirkan kisah cinta dengan pendekatan netral dan perspektif sejarah.