TEMPO.CO, Jakarta - Brigadir Jenderal Pol (Purn.) Dra. Roekmini Koesoema Astoeti merupakan wanita kedua yang berhasil mencapai pangkat Jenderal Polisi di Indonesia. Untuk mencapai kesuksesannya ini, Roekmini melalui masa kecil yang berat.
Wanita yang lahir pada 4 September 1938 ini merupakan anak keenam dari delapan bersaudara. Ia merupakan anak dari pasangan R. Soedarso dan Raden Ayu Soemina. Namun, ayahnya, Kepala Kehutanan Saradan, Madiun meninggal dunia saat Roekmini berusia tujuh tahun. Setelah ayahnya meninggal, ia dan kakaknya yang bernama Palupi ikut dengan pamannya.
Mengutip dari laman Pemprov Jawa Timur, setelah mengalami kondisi yang serba sulit, Roekmini akhirnya melanjutkan studinya di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1964. Setelah lulus, atas saran sahabatnya Pater Paul De Chauvigny De Blot, Roekmini memilih berkarir di kepolisian.
Saat berkarir di kepolisian, Roekmini pernah menjadi Staf Asisten Intel Khusus di Kepolisian Wilayah 096 Yogyakarta. Kemudian di tahun 1972, Roekmini naik pangkat menjadi mayor. Ia pun ditugaskan di Kepolisian Daerah Jawa Tengah sebagai Kepala Seksi Psikologi, dan Kepala Biro Organisasi Sosial Politik Kowilhan II/Jawa Madura.
Tak hanya sampai di situ, Roekmini juga pernah menjadi lulusan terbaik kedua dalam kursus kekaryaan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kemudian di tahun 1982, Roekmini ditunjuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mewakili Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Roekmini pun menjadi satu-satunya perempuan di antara 90 anggota Fraksi ABRI saat itu.
Dalam pekerjaannya ini, Roekmini banyak berhadapan dengan kasus yang menyangkut kehidupan rakyat kecil. Sebagai anggota Fraksi ABRI, keberpihakkannya kepada rakyat kecil pun sangat jelas. Hal ini membuat Roekmini dipercaya sebagai anggota DPR yang sangat vokal.
Setelah menjalankan tugasnya di DPR, pada 1993 Roekmini kemudian dipercaya untuk menjabat di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Tempat ini menjadi tempat yang paling tepat untuknya karena pada masa itu Komnas HAM menjadi tumpuan masyarakat untuk mencari keadilan.
Kemudian pada 1996, Roekmini menderita kanker di tenggorokan dan pita suaranya. Setelah dirawat secara intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), jenderal polisi itu meninggal dunia pada 2 September, di usia 57 tahun. Roekmini meninggalkan suaminya Ir Mas Soejono, dan keempat anaknya.
Sebelum meninggal, Roekmini sempat menerbitkan karya tulisnya yang berjudul “Mata Hati Roekmini: Nurani untuk Hak Asasi”. Tiga tahun setelah Ia meninggal, terbitlah buku dengan judul "Roekmini Dalam Kenangan". Buku ini diterbitkan untuk memperingati 1000 hari wafatnya Brigjen. Pol. (Purn.) Dra Roekmini Koesoemo Astoeti, perempuan kedua dalam kepolisian yang berpangkat jenderal polisi, setelah Jeanne Mandagi.
WINDA OKTAVIA
Baca: Rumiah Kartoredjo Atlet Jadi Polwan Pertama Menjabat Kapolda di Indonesia