INFO NASIONAL – Stunting menjadi isu penting karena membawa implikasi kepada kemajuan suatu bangsa. Presiden Joko Widodo menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia turun ke angka 14 persen atau di bawah ambang batas stunting yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen. Dengan demikian, Indonesia lebih siap menyongsong bonus demografi di tahun 2030.
“Bonus demografi membawa kita pada tingginya proporsi angkatan kerja. Oleh karena itu pemerintah menetapkan agar kita bisa memiliki sumber daya manusia yang unggul, memiliki kompetensi dan memiliki kepribadian Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan Era Keemasan Indonesia di tahun 2045 agar bisa menjadi bangsa yang terpandang di dunia” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Wiryanta dalam Forum Kepoin GenBest di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Kamis, 26 Agustus 2021.
Acara yang digelar secara daring untuk remaja tersebut mengusung tema “Remaja Beraksi: Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi”. Wiryanta pun mengharapkan agar remaja bersama para pemangku kepentingan ikut serta menyebarkan informasi yang didapatkan melalui Forum GenBest kepada para remaja putri sebagai calon ibu dan para ibu muda. Penyebaran informasi diperlukan agar mereka menyadari pentingnya pencegahan stunting sejak dini, khususnya dengan peduli pada nutrisi dan kesehatan reproduksi.
Dokter Spesialis Gizi, Cut Harfiah Halidha mengatakan bahwa remaja seringkali tidak menyadari obesitas dan malnutrisi. Terlebih pada masa pandemi seperti saat ini, remaja cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan namun lebih sedikit aktivitas, ataupun sebaliknya.
Aktivitas yang sedikit menyebabkan asupan makanan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan malnutrisi. “Untuk mengetahui kita obesitas atau malnutrisi, kita bisa hitung sendiri dengan cara membagi berat badan dengan tinggi badan dalam meter kuadrat,” ucap Cut.
Menurutnya, secara ideal indeks massa tubuh berkisar 18,5 – 29,9/m2. Seseorang dikategorikan obesitas jika di atas 29,9/m2, dan malnutrisi jika bawah 18,5/m2.
Cut menyoroti tren remaja saat ini yaitu semakin kurus semakin baik, padahal ini bisa menjadi tanda malnutrisi. “Malnutrisi juga punya efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya adalah mengganggu perkembangan fungsi otak, sementara efek jangka panjangnya adalah menurunkan IQ serta daya tangkap yang rendah,” ujar Cut. Malnutrisi berdampak juga pada pertumbuhan fisik serta perkembangan organ reproduksi.
Ia memberikan tips untuk memenuhi gizi harian dengan mengonsumsi makanan yang mengandung makronutrien dan mikronutrien. “Makanan harus lengkap dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Ada nasi, lauk-pauk, protein hewani, dan sayuran serta menghindari makanan tinggi lemak atau kolesterol seperti santan,” katanya.
Ia juga menyarankan untuk menghindari makanan tinggi lemak terlebih di saat jam selingan dan ganti kudapan atau snack dengan buah ataupun jus buah.
Tim Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Gultom Hernalom menjelaskan, kesehatan reproduksi perlu diperhatikan agar tidak mengakibatkan stunting di masa depan. “Hal ini dikarenakan remaja adalah calon ibu di masa depan. Kalau remaja tidak tahu karena kurangnya akses informasi tentang layananan kesehatan reproduksi atau remaja tidak peduli dengan kesehatan reproduksi, maka hal itulah yang akan menyebabkan stunting di masa depan,” tambahnya.
Ia juga menyarankan remaja untuk menghindari pernikahan dini. Menurutnya, pernikahan dini bisa berdampak pada kesehatan reproduksi serta menyebabkan bayi terlahir stunting, hingga meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi saat persalinan.
“Karena menikah muda, panggul ibunya masih sempit. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Selain itu, kehamilan di usia muda dapat menyebabkan robekan di mulut rahim sehingga menyebabkan perdarahan saat proses persalinan dan masih banyak dampak lainnya,” kata Gultom.
Ia pun berpesan kepada remaja untuk dapat menyongsong masa depan yang cerah. “Jadilah remaja yang tegar, terbebas dari resiko kesehatan reproduksi. Tetaplah menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berpikirlah untuk mendewasakan usia perkawinan guna memutus mata rantai stunting. Aktiflah dalam kampanye pencegahan stunting dan mengedukasi masyarakat untuk bangsa Indonesia,” katanya. (*)