Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banyak Waria di Yogyakarta Sakit, tak Bisa Mengakses Fasilitas Kesehatan

Reporter

Editor

Praga Utama

image-gnews
Anggota komunitas waria di Yogyakarta bersolidaritas mendistribusikan sembilan bahan pokok dan makanan untuk para waria di tengah pandemi Covid-19 (TEMPO/Shinta Maharani)
Anggota komunitas waria di Yogyakarta bersolidaritas mendistribusikan sembilan bahan pokok dan makanan untuk para waria di tengah pandemi Covid-19 (TEMPO/Shinta Maharani)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung, banyak waria di Yogyakarta sakit dan meninggal dunia. Mereka tak bisa mendapatkan pengobatan dan penanganan medis karena tak bisa mengakses fasilitas kesehatan, akibat tak punya kartu tanda penduduk (KTP).

Untuk membantu rekan-rekan mereka yang sakit, para waria di komunitas Seruni, Kabupaten Sleman, dan Pesantren Al-Fatah, Yogyakarta, terpaksa berinisiatif sendiri untuk membantu sesama pada masa wabah. Pada Juni hingga Desember tahun lalu, mereka membuka dapur umum di delapan lokasi dan membuat program tanggap darurat. Waktu itu mereka mendapat pasokan dana melalui penggalangan dana dari masyarakat ataupun sumbangan dari lembaga lain.

“Selama lebih dari enam bulan, berbagai persoalan komunitas transpuan sempat teratasi. Pasokan makanan lancar, para waria juga mendapat sumbangan untuk membayar sewa tempat tinggal,” kata Koordinator Waria Crisis Center Pesantren Al-Fatah, Rully Mallay, Jumat, 9 Juli 2021. Tapi, memasuki 2021, amunisi di Crisis Center hampir habis. Sementara itu, banyak transpuan yang sakit-sakitan dan harus dibantu pengobatannya.

Rully bercerita, sepanjang masa pandemi, sudah 11 transpuan di Yogyakarta yang meninggal karena sakit. “Mereka bukan sakit karena Covid-19, melainkan punya masalah kesehatan, seperti jantung dan paru-paru,” ujarnya. Namun, akibat tak punya dokumen kependudukan, mereka sulit mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan.

Kini, pada dua pekan terakhir, ada tujuh transpuan yang sedang melakukan isolasi mandiri karena mengalami gejala Covid-19. Mereka juga tak mampu dan tak punya akses untuk melakukan tes usap (swab) di puskesmas. Kebutuhan pokok, seperti obat-obatan, vitamin, atau masker, diupayakan oleh sesama transpuan. “Bantuan untuk teman-teman yang sakit menggunakan dana yang ada di Crisis Center. Itu pun sekarang menipis.”

Santri transgender mengambil wudu sebelum salat di Pesantren Al-Fatah, Yogyakarta, 23 September 2018. Pesantren ini pernah tutup selama berbulan-bulan setelah mendapat ancaman dari beberapa kelompok konservatif pada 2016. REUTERS/Kanupriya Kapoor

Rully semakin bingung saat sejumlah transpuan meninggal akibat sakit dan tak bisa tertangani gara-gara mereka tak dapat mengakses fasilitas serta jaminan kesehatan. Ia sempat meminta bantuan dari komunitas Sanggar Waria Remaja (Swara) Jakarta untuk membeli peti mati. Kini ada tujuh orang waria yang diduga tertular Covid-19. Mereka sangat membutuhkan pasokan obat-obatan, vitamin, makanan, dan masker. Jumat lalu, Rully kembali membuka penggalangan dana untuk membantu mereka.

Di Indonesia, berdasarkan riset yang dilakukan Crisis Response Mechanism (CRM), ada sebanyak 57,5 persen orang-orang lesbian, gay, biseksual, transgender, dan interseks (LGBTI) yang tidak memperoleh bantuan Covid-19 dari pemerintah. Penyebabnya, selain keterbatasan akses informasi, masih ada diskriminasi berdasarkan gender dan identitas seksual, serta ketiadaan dokumen kependudukan. CRM adalah kegiatan kolektif yang diinisiasi sejumlah aktivis kesetaraan gender pada masa pandemi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Riset CRM juga melaporkan semua orang LGBTI merasakan penurunan pendapatan hingga 80 persen selama masa pandemi. Untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari, CRM membuka penggalangan dana pada Maret hingga Desember 2020. Mereka berhasil mengumpulkan sumbangan sekitar Rp 353 juta dari masyarakat maupun sumbangan lembaga di dalam dan luar negeri. Dana itu didistribusikan dalam bentuk uang tunai kepada 3.485 orang LGBTI yang terkena dampak pandemi di sepuluh provinsi.

“Awalnya, fokus CRM untuk membantu teman-teman di wilayah Jabodetabek supaya mereka tetap bisa makan dan membayar sewa tempat tinggal,” kata Kanzha Vinaa, inisiator CRM yang juga Ketua Swara, Sabtu, 10 Juli 2021. Selain itu, mereka membantu sejumlah orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dari kalangan LGBTI supaya para ODHA tetap bisa punya ongkos untuk menjalani pengobatan rutin di fasilitas kesehatan.

Santri transgender mendengarkan Ustad Arif Nuh Safri (tengah) saat memimpin sesi belajar Al-Quran di Yogyakarta, 23 September 2018. Bagi Ustad Arif, merangkul waria adalah bagian dari tugasnya. REUTERS/Kanupriya Kapoor

Meski hasil donasi yang dikumpulkan CRM disalurkan dalam bentuk uang tunai, kata Vinaa, di lapangan justru muncul berbagai inisiatif dari komunitas dan organisasi LGBTI yang sifatnya lebih berkelanjutan. “Inisiatif, seperti membangun ketahanan pangan di tingkat komunitas atau membuka usaha kecil agar mereka tetap dapat pemasukan, muncul di berbagai daerah.”

Penggalangan dana sempat ditutup karena pada awal 2021 sejumlah kelonggaran untuk beraktivitas mulai berjalan di sejumlah daerah. Dengan demikian, mereka yang kehilangan pendapatan sempat bisa bekerja dan mencari uang lagi. Tapi, pada masa PPKM ini, CRM kembali membuka penggalangan dana tahap kedua untuk menanggulangi persoalan ekonomi yang terjadi seperti pada masa awal pandemi.

Sembari mengumpulkan donasi, CRM mulai menggencarkan program edukasi kesehatan demi mencegah penularan Covid-19 di kalangan LGBTI.*

PRAGA UTAMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bus Wisata Tabrak Pengedara Motor di Yogya Hingga Tewas, Aktivis Sentil Wacana Larangan Bus Masuk Kota

1 hari lalu

Kepolisian Resort Kota Yogyakarta mengamankan bus pariwisata yang mengangkut wisatawan asal Gresik Jawa Timur yang menabrak pengendara motor hingga tewas di Kota Yogyakarta, Minggu 15 September 2024. Dok. Polresta Yogyakarta
Bus Wisata Tabrak Pengedara Motor di Yogya Hingga Tewas, Aktivis Sentil Wacana Larangan Bus Masuk Kota

Sebuah bus wisata menabrak pengendara motor hingga tewas, saat libur panjang Maulid Nabi di Kota Yogyakarta, Minggu 15 September 2024.


Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

1 hari lalu

Para abdi dalem Keraton Yogyakarta membagikan hasil bumi gunungan dalam Gerebeg Maulud di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Senin 16 September 2024. Dok.istimewa
Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Ribuan wisatawan memadati jalannya prosesi Garebeg atau Grebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta Senin 16 September 2024.


Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

2 hari lalu

Kepadatan kendaraan di area jalan menuju Taman Sari Keraton Yogyakarta Minggu (15/9). Tempo/Pribadi Wicaksono
Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

Libur panjang akhir pekan Maulid Nabi berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.


Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

2 hari lalu

Ilustrasi kamar hotel. Freepik.com/Jannoon028
Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

Para pelaku perhotelan Yogyakarta berharap bisa menaikkan okupansi mereka setelah pada Agustus lalu sempat drop di bawah target.


Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

2 hari lalu

Ratusan warga antusias berebut gunungan Grebeg Maulud yang digelar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Kamis (28/9/2023).  (ANTARA/Luqman Hakim)
Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

Sebelum Grebeg Maulud ini digelar, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi awalan mulai dari Miyos Gangsa, Numplak Wajik, dan Kondur Gangsa.


Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

3 hari lalu

Awan panas guguran Gunung Merapi, Minggu 17 Agustus 2024, pukul 12.27 WIB. Dok. BPPTKG Yogyakarta
Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

Meski masih aktif meluncurkan awan panas dan lava pijar, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari.


Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

4 hari lalu

Gumuk Pasir di Parangtritis (geoparkjogja.jogjaprov.go.id)
Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

Simfoni Gumuk Pasir bukan hanya sekadar festival musik, tetapi juga perayaan seni, alam dan budaya.


Wisatawan Bisa Belanja Cendera Mata Pasar Beringharjo Yogyakarta di Marketplace

4 hari lalu

Wisatawan berjubel di depan Pasar Beringharjo. Mereka masih menikmati Kota Yogyakarta pada awal tahun, Rabu, 1 Januari 2020. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Wisatawan Bisa Belanja Cendera Mata Pasar Beringharjo Yogyakarta di Marketplace

Pasar Beringharjo yang menjadi surganya wisatawan berburu produk kerajinan di Yogyakarta kini hadir di marketplace.


Bakal Dipindahkan ke Lokasi Baru, PKL Malioboro Siap Mengadu ke UNESCO

5 hari lalu

Aksi PKL Teras Malioboro 2 memprotes rencana relokasi yang akan dilakukan Pemda DIY di Jalan Malioboro Yogyakarta Rabu (11/9). Tempo/Pribadi Wicaksono
Bakal Dipindahkan ke Lokasi Baru, PKL Malioboro Siap Mengadu ke UNESCO

Kawasan Malioboro tempat PKL berjualan merupakan bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta, salah satu warisan budaya dunia UNESCO.


Apindo Prediksi Dampak PP Kesehatan Bagi Pengusaha Bisa Lebih Besar Dibandingkan Saat Pandemi

5 hari lalu

Penjual tengah merapikan tembakau untuk dijual di kawasan Cideng, Jakarta, Senin, 13 Mei 2024. Industri pengolahan tembakau masih menunjukkan laju pertumbuhan positif meski diadang berbagai sentimen negatif kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) hingga RPP Kesehatan. TEMPO/Tony Hartawan
Apindo Prediksi Dampak PP Kesehatan Bagi Pengusaha Bisa Lebih Besar Dibandingkan Saat Pandemi

Wakil Ketua Umum Apindo, Franky Sibarani menyebut industri hasil tembakau akan merasakan dampak paling besar apabila PP Kesehatan diterapkan