TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, menyarankan agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninggalkan konsep gas dan rem yang selama ini dipakai sebagai strategi penanganan pandemi Covid-19.
Konsep itu, kata Pandu, bisa menimbulkan persepsi yang beragam, baik di kalangan masyarakat maupun jajaran pelaksana kebijakan. Apalagi, Pandu mengatakan di dalam Komite Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) ada dua satuan tugas. Yaitu Satuan tugas ekonomi dan penanganan Covid.
"Seakan-akan yang satu gas dan yang satu satu rem. Nah, bosnya tukang nge-gas, karena Menko Perekonomian. Makanya pengendalian pandemi berombak terus," ujarnya, Ahad, 27 Juni 2021.
Padahal, kata Pandu, sektor ekonomi dan kesehatan tidak bisa dipisahkan. "Pengendalian pandemi Covid-19 itu, ya, bagian dari pemulihan ekonomi. Kalau pandemi bisa diselesaikan, ekonomi juga pulih. Jadi, jangan dipertentangkan," ujar dia.
Selain itu, konsep gas dan rem hanya memberi umpan bagi penyerang kebijakan pemerintah. "Bagi orang yang senang mengadu kebijakan pemerintah, itu jadi umpan terus untuk kritikus-kritikus Pak Jokowi. Jadi kita jangan kasih umpan semacam ini," kata Pandu.
Pandu juga menyarankan agar Presiden Jokowi memimpin langsung penanganan Covid-19, bukan lagi harus melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). Sehingga, kata dia, arah kebijakan pemerintah lebih konsisten dan satu komando.
Baca juga: Ngabalin Sebut Kantong Mata Jokowi Tebal Gara-gara Pikirkan Covid