TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Papua mendesak Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo menarik pernyataan yang meminta pemerintah dan aparat menumpas kelompok bersenjata di Papua serta menempatkan hak asasi manusia belakangan. Koalisi juga meminta pria yang akrab disapa Bamsoet itu meminta maaf atas ucapannya.
"Kami mendesak kepada Bapak H. Bambang Soesatyo, SE, MBA selaku Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk menarik pernyataan Bapak tersebut, menyatakan permohonan maaf secara terbuka kepada publik dan mendorong pemerintah menyelesaikan akar masalah di Papua dengan cara-cara damai," demikian tertulis dalam surat terbuka Koalisi, Rabu, 28 April 2021.
Koalisi menilai pernyataan Bamsoet tak mencerminkan kepribadian dan etika yang baik selaku pimpinan MPR. Menurut Koalisi, merujuk Keputusan MPR Nomor 2 Tahun 2010 tentang Peraturan Kode Etik MPR, secara etik setiap anggota MPR dituntut untuk juga menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia.
Koalisi mengingatkan bahwa Undang-undang Dasar 1945 memuat pasal-pasal berkaitan dengan hak asasi manusia. Konstitusi mengatur bahwa negara wajib memberikan perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak asasi manusia bagi setiap orang. "Sehingga tak ada alasan bagi setiap pejabat publik untuk tidak mengimplementasikan nilai ini."
Lebih lanjut, pernyataan Bamsoet dinilai justru akan memperburuk kondisi kemanusiaan di Papua dan dikhawatirkan akan dijadikan legitimasi bagi aparat keamanan untuk bertindak sewenang-wenang dan tidak manusiawi. Koalisi mengingatkan banyaknya tragedi hak asasi manusia yang terjadi akibat operasi keamanan bertahun-tahun di Papua.
Seperti peristiwa Wasior, pembunuhan Ketua Presidium Dewan Papua Theys Eluay pada 2001, peristiwa Wamena 2003, peristiwa Paniai 2004, pembunuhan Luther Zanambani, Apinus Zanambani, dan Pendeta Yeremia pada 2020, dan berbagai tragedi lainnya yang mengancam keselamatan masyarakat sipil.
Koalisi memahami bahwa aparat keamanan pun turut menjadi korban, termasuk penembakan Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua, Brigadir Jenderal TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha. Koalisi mengutuk keras peristiwa tersebut dan mendorong Kepolisian mengungkap serta menangkap pelaku yang bertanggung jawab.