TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Perencana (Asrena) Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Muda Muhammad Ali, menegaskan bahwa KRI Nanggala-402 tak kelebihan muatan, saat tenggelam di Perairan Utara Bali, Rabu, 21 April 2021. Ia menyatakan jumlah 53 kru yang ada di dalam kapal selam ada dalam batas yang wajar.
"Menanggapi beberapa pengamat yang menyampaikan bahwa kapal selam KRI Nanggala kelebihan muatan atau kelebihan personel pengawak, ini sama sekali tidak benar dan tidak berdasar," kata Ali dalam konferensi pers, Selasa, 27 April 2021.
Ali mengatakan dalam berbagai operasi, sangat umum satu unit kapal selam membawa 50 personel. Bahkan dalam operasi penyusupan, jumlahnya bisa mencapai 57 orang.
Selain itu pada saat kejadian, KRI Nanggala hanya membawa 3 buah torpedo. Padahal kapal selam ini didesain untuk membawa 8 torpedo. 1 torpedo beratnya itu sekitar hampir 2 ton.
"Ini kita sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah ada masalah. Jadi kalau dinyatakan kelebihan muatan sangat tidak tepat dan sangat salah dan tidak berdasar mungkin itu tambahan," kata Ali.
KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 di Perairan Utara Bali, saat tengah berlatih menembakkan torpedo. Tiga hari kemudian, dipastikan bahwa kapal selam buatan Jerman itu telah tenggelam. Sehari setelahnya, dipastikan bahwa 53 kru di dalamnya juga telah gugur.
Badan KRI Nanggala-402 ditemukan terbelah menjadi tiga bagian di laut dalam pada kedalaman 838 meter. Kondisi ini dianggap menyulitkan evakuasi karena keterbatasan alat yang ada saat ini.
Baca juga: TNI AL Pastikan akan Tetap Evakuasi KRI Nanggala-402