Jakarta - Jakarta - Tak hanya di India, Kawal Covid-19 memperingatkan Pemerintah Indonesia untuk mewaspadai lonjakan kasus di dalam negeri. Indikator lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia sudah mulai terlihat sejak sebulan lalu.
"Sebenarnya lonjakan kasus sudah mulai terlihat sepekan setelah Hari Raya Paskah pada awal bulan ini," kata satu di antara pendiri Kawal Covid-19, Elina Ciptadi, saat dihubungi, Jumat 23 April 2021.
Lonjakan kasus, kata dia, selalu didahului masa tenang semu di mana penurunan kasus stagnan. Masa itu yang disebutnya kini terjadi di Indonesia.
Elina melanjutkan, indikasi yang sama telah ditunjukkan di banyak negara seperti India, Filipina, Pakistan, Malaysia, dan Cile. Seluruhnya mulai mengalami peningkatan jumlah kasus Covid-19 setelah terjadi masa tenang semu.
"Mereka berhasil menurunkan kasus sampai ke titik tertentu, tapi kemudian progres penurunannya berhenti beberapa minggu, sementara tingkat kewaspadaan sudah mulai dilonggarkan, lalu kasus melonjak lagi," katanya memaparkan.
Menurut dia, masa tenang semua semakin mengkhawatirkan ketika melihat kapasitas tes yang masih terbatas, dan laju vaksinasi yang melambat. Selain itu, Kawal Covid-19 juga melihat bahwa positivity rate dan tingkat kematian di daerah mengalami peningkatan.
Potensi lonjakan kasus semakin mengkhawatirkan karena ada berbagai kegiatan di depan mata yang bisa menjadi sumber ledakan Covid-19 seperti di India. Mulai dari Lebaran, lalu libur kenaikan kelas, yang akan disambung dengan pembukaan sekolah. "Ini semuanya sangat mengkhawatirkan jika berkaca dari pengalaman sebelumnya."
Elina menuturkan Indonesia pernah diterjang badai Covid-19 yang cukup tinggi pasca rangkaian Pilkada 2020, yang kemudian disambung dengan liburan Natal/Tahun Baru. Imbas momen libur panjang itu menyebabkan lonjakan kasus periode Desember-Februari.
"Kita perlu tiga bulan untuk menurunkan ke level 5000-an kasus baru per hari seperti sekarang," ujarnya. Pada akhir Januari kasus harian mencapai lebih dari 10 ribu kasus, bahkan pernah menyentuh 14 ribu kasus per hari.
Jika pemerintah tidak bisa mengendalikan penularan wabah pada momen libur lebaran ini, menurut dia, Indonesia bisa kembali ke periode itu. Atau, bahkan mengalami situasi seperti di India.
"Kalau dari libur Natal dan tahun baru saja kita butuh tiga bulan untuk menekan penularan, bagaimana jika kasus naik setelah lebaran dan dihadapkan dengan libur anak sekolah pada Juni, masuk sekolah pada Juli, dan Idul Adha nanti?" katanya sambil menambahkan, "Pasti akan semakin sulit untuk mengendapkannya."
Berkaca dari data epidemiologi saat ini di mana masih ditemukan sebanyak 5 ribu kasus Covid-19 per hari, Indonesia, menurutnya, belum bisa dibilang mampu mengendalikan penularan wabah gelombang pertama. "Karena pada November 2020 kasus harian mencapai 4.000-5.000 kasus. Jadi sama dengan penambahan bulan ini."
IMAM HAMDI