TEMPO.CO, Jakarta - Kongres Luar Biasa atau KLB Demokrat di Deli Serdang, pada Jumat, 5 Maret 2021 menunjuk Kepala Staf Presiden Moeldoko, sebagai Ketum baru Partai Demokrat. KLB tersebut juga menyebut bahwa kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) demisioner.
Pada saat KLB Demokrat akan digelar, Moeldoko mengumbar foto dirinya usai salat Jumat di kantornya, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Foto itu seolah-olah mengambarkan dirinya tak terlibat dalam KLB. Namun memasuki malam keputusan nama Moeldoko diumumkan menjadi Ketum baru Demokrat versi KLB, Moeldoko nampak hadir dengan mengenakan jas biru Demokrat, dan kemudian memberikan pidato. Berikut beberapa poin pidatonya:
1. Sebut KLB konstitusional
Dalam pidatonya, Moeldoko mengatakan bahwa KLB tersebut adalah konstitusional dan sesuai dengan yang tertuang dalam AD/ART. Hal ini seakan menanggapi tudingan kubu AHY yang menyebut KLB tersebut tak sah dan tak memenuhi persyaratan.
Mantan Panglima TNI ini mengatakan, untuk itulah ia memastikan keabsahan KLB tersebut sebelum datang ke lokasi. Ia awalnya melontarkan pertanyaan soal kepastian keabsahan KLB ketika berbicara melalui telepon. "Setelah ada kepastian, saya dengan sukarela untuk datang ke sini walaupun macetnya luar biasa," kata Moeldoko.
Baca: AHY: Moeldoko Tidak Mencintai Tapi Ingin Memiliki Demokrat
2. Ajak Demokrat Bersatu di bawah kepemimpinannya
Moeldoko dalam pidatonya mengajak seluruh kader Demokrat yang hadir di situ untuk dapat bersatu di bawah kepemimpinannya dan berjuang bersama meraih kembali kejayaan partai. Ia menyebut kekuatan Partai Demokrat berada di tangan para peserta KLB yang hadir.
Baik mereka sebagai pemimpin partai di tingkat provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, hingga kelurahan. Ia mengatakan mereka semua harus bersama-sama dengan rakyat.
"Seluruh kader Demokrat dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote untuk sama-sama berjuang meraih kembali kejayaan Partai," kata dia.
3. Kembali singgung soal kepemimpinan
Sama seperti klarifikasinya pada 1 Februari lalu, Moeldoko kembali menyinggung ihwal kepemimpinan. Menurut mantan Panglima TNI tersebut, kekuatan seorang panglima terletak di pundak para komandan lapangan, yakni para peserta KLB yang ada di hadapannya itu. Menurut dia, seorang panglima tak ada artinya jika tidak memiliki prajurit-prajurit yang tangguh.
Purnawirawan Jenderal Bintang Empat itu mengatakan tugas seorang pemimpin juga memberikan penguatan kepada komandan-komandan bawahannya. "Itu pemimpin, bukan malah mengecilkan bawahannya. Itulah pemimpin memberikan kekuatan dan energi yang luar biasa kepada bawahannya," kata Moeldoko.
Isi pidato tersebut sangat berbeda dengan pernyataan Moeldoko saat AHY sudah menuding keterlibatan pejabat di lingkaran Istana terlibat dalam konflik internal partainya. Saat itu, Moeldoko langsung menggelar konferensi pers daring untuk membahas hal ini pada 1 Februari 2021. Saat itu, ia membantah terlibat dalam konflik internal partai tersebut. Berikut beberapa pernyataan Moeldoko saat itu.
1. Mengaku dicurhati kader Demokrat
Sebagai Mantan Panglima TNI, Moeldoko mengaku kerap menerima berbagai macam tamu ke kediamannya. Termasuk di antaranya beberapa kader Demokrat. Dalam kesempatan itu, Moeldoko mengaku dicurhati mereka terkait situasi internal partai. "Saya sebenarnya prihatin dengan situasi itu. Karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat. Terus muncullah isu itu dan seterusnya," kata Moeldoko.
2. Presiden tak tahu menahu
Moeldoko dalam kesempatan itu langsung membantah bahwa Presiden Joko Widodo mengetahui aktivitas dirinya yang menerima curhatan tersebut. Ia meminta AHY, yang saat itu menuding keterlibatan istana dalam konflik Demokrat, tak sembarangan menuding.
"Jangan dikit-dikit Istana. Dalam hal ini, saya mengingatkan, sekali lagi jangan dikit-dikit Istana. Dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini. Karena beliau dalam hal ini tak tahu menahu sama sekali," kata Moeldoko.
3. Ingatkan pemimpin jangan mudah baper
Di akhir klarifikasinya, Moeldoko juga menyindir agar seorang pemimpin jangan mudah terbawa perasaan (baper). Ia pun mengatakan bahwa tak mungkin kudeta dilakukan oleh orang luar partai seperti dirinya.
"Jadi seorang pemimpin itu jadilah pemimpin yang kuat. Jangan mudah baperan, jangan mudah terombang ambing dan seterusnya," kata Moeldoko. "Kalau ada istilah kudeta, itu dari dalam. Masa kita dari luar."
Beberapa bulan setelah ucapan itu, konflik Demokrat tak kunjung padam. Bahkan tujuh kader partai itu dipecat setelah dituding terlibat dalam upaya kudeta AHY. Hal ini terus berlanjut hingga berbuntut pada diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang dan Menunjuk Moeldoko sebagai Ketum Demokrat, pada 5 Maret 2021