Jakarta - Pemimpin Mujahidin Indonesia Timur disingkat MIT, Ali Kalora, diduga ikut tertembak saat terjadi baku tembak sekelompok teroris Poso dengan Satuan Tugas Madago Raya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada 1 Maret 2021.
"Informasinya demikian. Cuma masih dilakukan pengejaran," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Komisaris Besar Didik Supranato saat dikonfirmasi pada Selasa, 2 Maret 2021.
Selain itu, dari baku tembak tersebut, dua anggota MIT tewas. "Yang satu atas nama Alvin, yang satu lagi atas nama Khairul," ucap Didik melanjutkan. Keduanya pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Didik mengatakan, baku tembak terjadi ketika Satgas Madago Raya mendapati kedua anggota MIT itu tengah mengambil bahan makanan dari kurir. Satgas sebelumnya telah mendapat informasi ihwal akan adanya pergerakan dari kelompok teroris tersebut.
"Ada informasi bahwa mereka ini mau mengambil bahan makanan dari kurir. Kemudian dilakukan penyangguhan, hasilnya dari tim Madago Raya ini ada terjadi kontak tembak," kata Didik.
Dari peristiwa itu, Satgas Madago Raya menyita amunisi laras panjang, bahan makanan seperti sayur, jam tangan, dan GPS.
Jejak Ali Kalora dalam sejumlah aksi teror sudah tercatat cukup lama. Menukil dari laporan Majalah Tempo Juli 2016, nama dia kerap diwaspadai sebagai calon pentolan MIT. Kapolri saat itu, Jenderal (Purn) Tito Karnavian, mengatakan Ali memimpin 15 pengikut Santoso dan masih berkeliaran di Gunung Biru, Poso.
Ia berhasil lepas dari penangkapan karena memisahkan diri dari rombongan Santoso dan Basri. Karena menjadi orang kepercayaan Santoso, Ali diizinkan membawa istrinya bergerilya. "Kalau dibiarkan, akan berkembang," ujar Tito, dalam laporan Majalah Tempo tersebut.
Ali adalah penerus MIT setelah Basri alias Bagong, ditangkap oleh oleh tim Operasi Tinombala pada September 2016 lalu. Basri sendiri adalah penerus Santoso, yang dianggap punya keahlian yang sama dengan Santoso dalam perang gerilya karena pernah sama-sama dilatih Daeng Koro.
Baca juga : Kepolisian Tangkap 3 Teroris di Bojonegoro
Meski begitu, Tito saat itu mengatakan Ali masih ada satu kelas di bawah Basri. Namun, mantan Kapolri lain, Badrodin Haiti, mengatakan bahwa Ali adalah pengikut loyal Basri. Dia juga ikut perang kota bersama polisi pada 2007 dan salah satu nama yang masuk daftar 29 orang yang saat itu dicari polisi bersama Basri.
"Sejak 2005, dia anak buah Basri," ujar Badrodin juga dalam laporan Majalah Tempo Juli 2016.
Dalam catatan, nama Basri banyak terkait dengan sejumlah kasus kekerasan maupun aksi teroris. Mulai dari penembakan Pendeta Susianti Tinulele pada 18 Juli 2004, mutilasi tiga siswi SMA Kristen Poso pada 29 Oktober 2005, hingga perlawanan terhadap aparat kepolisian saat dibekuk pada 22 Januari 2007.
ANDITA RAHMA | MAJALAH TEMPO