TEMPO.CO, Jakarta - Badan Reserse Kriminal Polri menyatakan jika penyebab banjir Kalsel (Kalimantan Selatan) lantaran tingginya curah hujan. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan mengatakan tim penyidik Direktorat Tindak Pidana Tertentu telah datang mengecek langsung ke Kalimantan Selatan.
"Dan memperoleh keterangan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), di mana saat banjir diawali dengan curah hujan yang sangat tinggi," ujar Ahmad saat dikonfirmasi pada Ahad, 24 Januari 2021.
Selain itu, informasi dari Syahbandar juga menyebutkan bahwa banjir terjadi karena gelombang laut yang tinggi mencapai 2 hingga 2,5 meter.
Temuan Polri ini turut mengamini pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kementerian LHK menyatakan banjir Kalsel yang terjadi lebih disebabkan oleh anomali cuaca. Anomali tersebut berupa curah hujan sangat tinggi selama lima hari yakni 9 sampai 13 Januari 2021.
"Terjadi peningkatan 8-9 kali lipat curah hujan dari biasanya," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, KLHK, Karliansyah, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 19 Januari 2021.
Sehingga, kata Karliansyah, air yang masuk ke sungai Barito di Kalimantan Selatan sebanyak 2,08 miliar meter kubik. Sementara, kapasitas sungai kondisi normal hanya 238 juta meter kubik," ujarnya.
Banjir Kalsel menerjang 10 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Hingga Ahad pekan lalu, 18 Januari 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 24 ribu rumah terendam dan 35 ribu lebih warga mengungsi akibat banjir.
Baca juga: Jokowi: Ini Banjir Terbesar di Kalimantan Selatan Sejak 50 Tahun
ANDITA RAHMA | DEWI NURITA