TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menjelaskan beberapa alasan Presiden Joko Widodo atau Jokowi memilih Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri.
"Kriteria lah, kan semua ada kriteria. Kapasitas, kapabilitas, loyalitas, integritas, itu bagian dari semua itu. Jadi indikator-indikator yang dikenali dari awal itu memunculkan sebuah agregat. Dan dari agregat itu, seseorang akan dipilih," ujar Moeldoko di kantornya, Rabu, 20 Januari 2021.
"Jadi bukan karena macem-macem. Jangan diartikan macem-macem," lanjut Moeldoko.
Pengusungan Listyo, lulusan Akpol 1991, melompati sejumlah angkatan atau seniornya di Polri. Diketahui, sempat beredar sejumlah nama jenderal bintang tiga yang lebih senior yang diisukan menjadi Kapolri, yakni, Gatot Edhy Pramono (Akpol 1988), Boy Rafly Amar (Akpol 1988), Arief Sulistyanto (Akpol 1987), dan Agus Andrianto (Akpol 1989).
Menurut Moeldoko, sebagai mantan Panglima TNI, senioritas tentu menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih pucuk pimpinan. Para senior itu, kata Moeldoko, tentu akan dipilih jika memenuhi kriteria yang disebutkan di atas.
"Pertanyaannya apakah tidak terpenuhi? Dalam konteks ini, tidak bisa dijelaskan secara matematika, karena penilaian itu bisa jarak dekat, jarak jauh. Penilaian itu bisa dari keseharian, dari pengalaman empirik yang terjadi selama ini. Penilaian itu holistik memperhatikan berbagai hal persyaratan yang tadi, psikologi, dan lain-lain," ujar dia.
"Pasti Presiden sudah memikirkan untuk kepentingan lebih besar, maka ada pertimbangan-pertimbangan lain. Ini kan pilihan-pilihan. Pilihan pertama, pendekatan senioritas. Pilihan kedua, yang memenuhi beberapa persyaratan tadi," lanjut dia.
Adapun Listyo saat ini masih menjalani fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR RI. Jika dinyatakan lolos, maka Listyo Sigit Prabowo akan dilantik menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Idham Azis yang akan memasuki masa pensiun pada Februari nanti.
DEWI NURITA