TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengakui sejak awal salah memprediksi jumlah massa saat penyambutan kedatangan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pada 10 November lalu. Hal ini berbuntut pada munculnya klaster baru penyebaran Covid-19.
"Sebenarnya kami sudah tahu (bakal ada massa penyambut Rizieq), tapi bahwa sebesar itu memang di luar prediksi,” kata Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Safrizal dalam diskusi daring bertajuk “Terimbas Kerumunan Rizieq” pada Ahad, 22 November 2020.
Menurut Safrizal, jajaran pemerintah sejak awal sudah mempersiapkan langkah-langkah antisipasi terhadap potensi kerumunan, ternyata kerumunan dalam skala besar masih terjadi.
“Ini yang membuat sekarang kami ingin tahu apa penyebabnya, sudah diimbau, sudah diberitahu, di mana miss-nya. Ini belum selesai pencariannya," ujar Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 ini.
Dalam rapat bidang keamanan di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, beberapa hari sebelum Rizieq tiba, jumlah penjemput bahkan diprediksi lebih kecil dibanding informasi yang sampai di meja Presiden Jokowi.
Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta Mayor Jenderal Dudung Abdurachman, yang hadir dalam rapat di Kementerian, mengatakan massa penjemput diperkirakan hanya 6 ribu orang. Mencuplik hasil pemetaan massa melalui situs Mapchecking.com, penjemput Rizieq di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, diprediksi ada 51 ribu orang.
"Banyak pendukungnya yang datang dari daerah-daerah. Itu yang kami sesalkan," ujar Dudung seperti seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 23-30 November 2020.