TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Purwanto, menyebut fenomena hasil tes usap positif menjadi negatif bukan hal yang baru.
"Dewan analis strategis medical intelligence BIN termasuk jaringan intelijen di WHO menjelaskan fenomena hasil swab test positif menjadi negatif bukan hal yang baru," ujar Wawan lewat keterangan tertulis, Senin, 28 September 2020.
Hal ini disampaikan Wawan untuk menjawab dugaan hasil tes usap lembaga telik sandi terhadap 16 pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan sejumlah pegawai swasta, yang tidak akurat. Hasil swab test BIN menunjukkan mereka positif Covid-19, namun setelah sebagian pegawai mengikuti tes mandiri sehari kemudian, hasilnya semua negatif.
Wawan menjelaskan, hal tersebut dapat disebabkan oleh RNA/protein yang tersisa (jasad renik virus) sudah sangat sedikit bahkan mendekati hilang pada treshold sehingga tidak terdeteksi lagi.
Berdasarkan analisis BIN, kata Wawan, hasil tes false positive juga bisa terjadi karena bias pre-analitik. Yaitu pengambilan sampel dilakukan oleh dua orang berbeda, dengan kualitas pelatihan berbeda dan SOP berbeda pada laboratorium yang berbeda. Sehingga sampel swab sel yang berisi virus covid tidak terambil atau terkontaminasi.
Penyebab ketiga, kata Wawan, bisa saja karena sensitivitas reagen dapat berbeda terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT nya sudah mendekati 40.
Menurut Wawan, perbedaan ini karena banyak faktor seperti kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit. Ia menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan BIN sudah bagus. "Kasus false positive dan false negatif sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat,Cina, dan Swedia," ujar Wawan.