TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Komunikasi Politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, mengatakan tidak ada elemen kejutan dari keputusan DPP PDIP yang mencalonkan Eri Cahyadi dan Armuji sebagai pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Pasalnya baliho keduanya yang digadang-gadang akan maju di Pilkada 2020 sudah muncul sejak setengah tahun lalu.
"Pak Eri di birokrasi dan pak Armuji politikus lama dan kalau sudah setengah tahun dipasang (baliho), apa kejutannya," katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 3 September 2020.
Unsur kejutan, kata dia, justru ada pada internal PDIP. Pasalnya Eri tidak pernah mendaftar sebagai bakal calon wali kota melalui DPC PDIP Kota Surabaya. Pengurus daerah PDIP pun disebut-sebut sebenarnya lebih memilih mendukung Wisnu Wardana, wakil wali kota Surabaya.
Menurut Widodo, keputusan PDIP mencalonkan Eri merupakan jalan tengah mengakomodasi keinginan Wali Kota Surabaya saat ini Tri Rismaharini dan elite partai lainnya. Berkali-kali PDIP menunda mengumumkan jagoannya di Pilkada Surabaya tanda jika mereka berupaya meredam konflik internal.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan pihaknya mempertimbangkan banyak faktor sebelum memutuskan siapa yang akan diusung sebagai calon kepala daerah. Selain itu, kata dia, PDIP mempertimbangkan adanya element of surprise (unsur kejutan). "Yang menyatukan kehendak rakyat di dalam pengambilan keputusan politik," ucap dia, Rabu, 2 September 2020.