TEMPO.CO, Jakarta - Survei Indikator Politik Indonesia mencatat hanya 28,4 persen responden yang tahu atau pernah mendengar tentang RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Survei ini digelar pada 13-16 Juli 2020 terhadap 1.200 responden melalui telepon.
"Mayoritas atau 71,6 pesen tidak tahu, yang tahu tidak sampai sepertiga," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Selasa, 21 Juli 2020.
Dari 28,4 persen responden yang mengetahui, sebanyak 53,5 persen berpendapat RUU HIP diduga merupakan upaya mengubah Pancasila menjadi trisila dan ekasila. Kemudian sebanyak 21,3 persen berpendapat bahwa memaknai Pancasila ke dalam trisila dan ekasila tidak mengubah Pancasila itu sendiri, dan 25,3 persen tidak tidak tahu atau tidak menjawab.
Masih dari basis responden yang mengetahui RUU HIP, 68,7 persen berpendapat sebaiknya pembahasannya dihentikan atau dicabut. Adapun yang menganggap pembahasan RUU HIP sebaiknya dilanjutkan sebanyak 15,7 persen.
Ditilik dari basis pemilih di Pilpres 2019, sebanyak 46,1 persen dari 55,4 persen responden yang mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin berpendapat RUU HIP berupaya mengubah Pancasila. Adapun dari 44,6 persen responden basis pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebanyak 67,6 persen responden yang menganggap RUU HIP hendak mengubah Pancasila.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan hasil survei Indikator ini menunjukkan bahwa kegaduhan terkait RUU HIP di media sosial berbanding terbalik dengan yang terjadi di lapangan.
"Inilah yang mendorong PDI Perjuangan untuk tetap apa pun di dalam politik itu menangis dan tertawa bersama rakyat itu lebih dominan," kata Hasto, Selasa, 21 Juli 2020.
BUDIARTI UTAMI PUTRI