TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog LaporCovid-19, Iqbal Elyazar, mempertanyakan pelaksanaan surveilans migrasi di pintu masuk wilayah Indonesia. Hal tersebut sehubungan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang lonjakan kasus Covid-19 yang berasal dari luar negeri atau imported case.
“Sekarang kita tidak begitu jelas data ketaatan pelaksanaan surveilans migrasi oleh aparat di pintu-pintu masuk,” kata Iqbal kepada Tempo, Selasa, 14 Juli 2020.
Iqbal menduga, lonjakan kasus impor yang dimaksud Jokowi adalah 51 WNI positif Covid-19 yang terlacak di Bandara Soekarno Hatta beberapa waktu lalu.
Menurut Iqbal, perlu dicari tahu data lonjakan kasus impor ini. “Apakah pola ini juga terjadi di pintu masuk lainnya, misalkan Denpasar, Surabaya, Batam, dan lain-lain,” katanya. “Apakah pintu masuk yang lain juga menerapkan prosedur yang ketat?”
Berkaca dari kondisi tersebut, Iqbal menilai pemerintah tidak bisa lagi mengandalkan pemeriksaan suhu tubuh untuk mendeteksi Covid-19. Ia berpendapat, tes swab massal di pintu masuk menjadi strategi terbaik.
“Indikasi suhu tubuh tidak lagi bisa diandalkan karena bisa saja penumpang minum obat penurun demam ketika bepergian,” kata dia.
Di Australia, kata Iqbal, warga yang masuk ke wilayah tersebut juga menjalani tes swab. Sambil menunggu hasil tes, mereka akan diminta menjalani karantina di hotel dengan biaya sendiri. Bisa juga masuk ke fasilitas karantina yang disubsidi pemerintah. “Mereka di sana tunggu sampai hasil tesnya keluar.”
FRISKI RIANA