TEMPO.CO, Jakarta - Joko Tjandra, buron kasus korupsi Cessie Bank Bali, kini tengah menjadi buah bibir setelah keberadaannya terdeteksi di Indonesia sejak tiga bulan yang lalu. Ia bahkan sempat mengurus kartu tanda penduduk di Jakarta.
Adalah Jaksa Agung ST Burhanuddin yang menyebut bahwa Joko Tjandra, buron kasus pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, sudah berada di Indonesia selama tiga bulan. “Informasi yang menyakitkan hati saya, katanya 3 bulanan di sini. Ini baru sekarang terbukanya,” kata Burhanuddin dalam rapat kerja dengan Komisi Hukum DPR, Senin, 29 Juni 2020.
Joko Tjandra lahir di Sanggau, Kalimantan Barat, pada 27 Agustus 1950. Setelah lulus dari Stamford College, Singapura, Joko berwiraswasta di Jakarta. Namanya ketika itu kalah populer dengan taipan lain, tapi perlahan bisnisnya maju pesat. Mulia Tower, Mulia center, dan plaza 89, adalah beberapa gedung yang dibangunnya dan menjadi pusat bisnis Joko Tjandra. Ia juga mengembangkan bisnis keramik.
Seiring dengan itu, Joko berkiprah di dunia politik. Bersama dengan Marimutu Manimaren dan Setya Novanto, dia ikut memperkuat jajaran bendahara Golkar. Ia mengaku punya akses ke orang-orang kuat di pemerintah.
Di Golkar, Joko juga menjadi kawan dekat Setya Novanto. Bahkan keduanya berkongsi bisnis di PT Era Giat Prima. Perusahaan Setya bersama Djoko Tjandra dan Cahyadi Kumala ini mendapat mandat menagih utang Bank Bali kepada Bank Dagang Nasional Indonesia. Imbalannya Rp 500 miliar. Pembayaran ini merugikan negara, tapi pengusutannya dihentikan pada 2003. Setya adalah bekas Ketua Umum Golkar dan mantan Ketua DPR yang kini menjadi terpidana kasus korupsi KTP elektronik.