TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksono Tri Handoko, mengatakan sudah melatih 600 tenaga pemeriksa spesimen Covid-19.
“Peserta utamanya dari berbagai laboratorium, rumah-sakit, dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia,” kata Handoko kepada Tempo, Kamis, 7 Mei 2020.
Pelatihan dilakukan untuk mengatasi kekurangan sumber daya manusia atau SDM di laboratorium uji. Kurangnya SDM ini menjadi penyebab keterlambatan uji spesimen Covid-19.
Padahal, Presiden Joko Widodo telah meminta agar 10.000 tes PCR bisa dilakukan setiap hari. Kenyataannya, data riil baru berkisar 6.000-7.000 spesimen yang bisa diuji per harinya.
Handoko mengatakan, 600 peserta pelatihan ini merupakan petugas eksisting di berbagai institusi di Indonesia. Awalnya, kata Handoko, LIPI ingin melatih personil baru untuk menjadi menjadi tenaga ahli di laboratorium minimum level BSL-2.
“Tetapi ternyata banyak sekali personil eksisting yang belum memiliki keahlian berkegiatan di fasilitas BSL,” ujarnya.
Pelatihan yang dilakukan sejak Maret 2020 itu rencananya akan dilakukan sampai menjelang Lebaran. Program pelatihan bisa diperpanjang jika masih diperlukan.
Handoko menjelaskan, pelatihan petugas pemeriksa spesimen Covid-19 ini terdiri dari sesi teori dan praktik. Sesuai protokol kesehatan, sesi teori dilaksanakan secara daring. Sedangkan sesi praktik dilakukan di laboratorium BSL-3 LIPI dengan membatasi 10 orang untuk 1 sesi. “Secara total pelatihan 5 hari per angkatan,” kata dia.
Handoko belum bisa memastikan apakah 600 petugas ini sudah mencukupi kebutuhan SDM untuk menguji spesimen Covid-19. Namun, LIPI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana saat ini sedang memastikan semua laboratorium di daerah memiliki SDM memadai untuk melakukan uji PCR.