INFO NASIONAL — Kehadiran pembangkit listrik energi terbarukan di pelosok desa telah banyak menunjang aktivitas masyarakat. Kendati menghadapi berbagai tantangan, jerih payah ini tak boleh mematahkan semangat untuk membantu lebih banyak orang menikmati listrik.
“Mengedukasi masyarakat tak mudah, tapi jangan kendor. Apa yang telah diupayakan pemerintah memungkinkan listrik terjangkau sampai ke wilayah terpencil,” ujar Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Br Simanungkalit dalam diskusi Energi Terbarukan Topang Ekonomi Pelosok “Beyond Access: Renewable Energy Opens Economix Opportunities for Rural & Island Communities” di Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2019.
Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Energi Baru, Terbarukan dan Konverasi Energi (Ditjen EBTKE) bekerja sama dengan Energising Development (EnDev) menyediakan pembangkit listrik di desa-desa terpencil.
Selama10 tahun, telah dibangun lebih dari 600 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Menurut Direktur TML Energy, Nany Wardhani, kesulitan mengedukasi masyarakat pedesaan menimbulkan kekhawatiran lain, yakni daya tahan pembangkit listrik.
“Kenapa tidak sustain? Masalah ini terkait kompetensi operator. Sebenarnya ada kelembagaan (contohnya BUMDes) tapi tak mampu mengelola pembangkit tersebut. Selainitu, provider yang harus melakukan servis jika terjadi kerusakan,” katanya.
Saat membangun PLTS atau PLTMH, pemerintah menyerahkan pada masyarakat setempat untuk mengelola, termasuk pemeliharaannya. EnDev dan organisasi non-pemerintah (NGO) bertugas mengedukasi penduduk desa.
“Ini tantangan besar kami.Penduduk yang setiap harinya mencangkul di ladang, atau menjala ikan di laut, tiba-tiba diserahkan mesin. Harus mengerti pengoperasiannya, mengerti merawatnya. Itu sulit, karena ada pengetahuan baru yang tidak akrab dengan keseharian mereka,” kata Project Manager EnDev Indonesia, Catoer Wibowo.
Menurut Catoer, berkat kesabaran ada beberapa desa yang bisa mandiri mengoperasikan mesin pembangkit listrik setelah mendapat edukasi selama dua bulan. EnDev menyasar pembangunan pembangkit listrik ke wilayah timur Indonesia.
Alasannya di sana lebih banyak desa tertinggal dan banyaknya ketersedian energi terbarukan. “Ada air, angin, dan sinar matahari lebih kuat di sana,” ujarnya.
Suyono dari LSM TRANSFORM menuturkan, dibutuhkan kesabaran tinggi menghadapi rendahnya tingkat pendidikan penduduk desa. Sulitnya akses menuju desa pedalaman juga butuh perjuangan besar.
Diskusi Energi Terbarukan ini berlangsung sekaligus sebagai peringatan 10 tahun peran EnDEV di Indonesia. Dihadiri sekitar 100 orang, delapan pembicara memaparkan pengalaman mengedukasi masyarakat desa.
Mereka adalah Direktur Aneka Energi BaruTerbarukan, Harris Yaya; Kepala Program di Dinas ESDM Sulawesi Selatan, Rini Anggriani; Direktur TML Energy, Nany Wardhanie; perwakilan NGO TRANSFORM, Suyono; dan Dosen Teknik UGM, Rachmawan Budiarto.
Berikutnya, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Br Simanungkalit; Kasubdit Kawasan Strategis Direktorat Perencanaan Ruang Laut; Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, SofyanHasan; dan Manajer Program Akses Energi Sustainable Institut Essential Service Reform, Marlistya Citraningrum. (*)