TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Wamena mengantre di Pangkalan TNI Angkatan Udara Wamena untuk diterbangkan meninggalkan Kabupaten Jayawijaya, Selasa, 1 Oktober 2019. Para pengungsi menunggu diberangkatkan menggunakan pesawat Hercules menuju kota lain seperti Jayapura dan Timika.
Pantauan Tempo, TNI Angkatan Udara memprioritaskan untuk menerbangkan anak-anak, perempuan, dan pengungsi yang sakit. “Selasa, 1 Oktober 2019, TNI menerbangkan 1.826 pengungsi ke luar Wamena,” kata Komandan Detasemen TNI AU Wamena Mayor Penerbang Arief Sudjatmiko, kemarin. Sejak kerusuhan pecah, TNI AU telah menerbangkan 6.472 pengungsi ke luar Wamena.
Wamena rusuh pada 23 September 2019. Sekelompok orang tiba-tiba menyerang warga dan membakar rumah penduduk dan kantor-kantor. Pada saat itu juga beredar kabar bahwa sejumlah siswa sekolah marah karena beredar kabar ada guru sekolah yang melontarkan ujaran rasial.
Akibat peristiwa itu, 33 orang meninggal dan 79 lainnya luka-luka. Sekitar 150 rumah dan toko terbakar. Kantor Bupati Jayawijaya dan sejumlah gedung pemerintah juga ikut dibakar. Lebih dari seratus kendaraan ikut dibakar.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya mencatat terdapat 7.278 warga yang trauma pascakerusuhan. Mereka masih berada di penampungan pengungsi, tersebar di lebih dari 59 titik.
Salah satu pengungsi bernama Obed, warga asal Bone Sulawesi Selatan mengatakan ingin pergi sementara ke Timika. Obed telah tinggal di Wamena selama setahun. Di Wamena, dia bekerja serabutan sebagai tukang. "Saya menyaksikan kerusuhan dan merasa trauma," kata Obed saat ditemui ketika mengantre sebelum naik pesawat.
Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan Rudi Hartono mengatakan, mereka membutuhkan jaminan keamanan agar tetap bisa tinggal di kota Wamena. Dia berharap, TNI/Polri segera membangun barak pengungsian agar warga tidak tinggal di markas polisi atau tentara. Dia juga menyayangkan pemerintah yang tak kunjung membersihkan puing bekas kerusuhan. "Kalau tidak segera dibersihkan, warga kemudian berpikir untuk meninggalkan Wamena," kata Rudi.
Komandan Resor Militer 172 Wamena, Kolonel Infantri Yonathan Sianipar berharap pengungsi tidak meninggalkan Wamena. Yonathan menjelaskan, kelompok yang menyebabkan kerusuhan memang menginginkan masyarakat meninggalkan Wamena.
Menurut dia, jika semua orang meninggalkan Wamena, siapa yang bakal membangun kota itu. Pembangunan kota Wamena pascakerusuhan juga tidak bisa diserahkan ke aparat TNI Polri semata. "Saya minta kerja samanya, mana yang bisa saya lakukan? Kalau Bapak semangat, kami juga semangat," kata Yonathan saat bertemu dengan kelompok warga di markasnya.
WAYAN AGUS PURNOMO | ESTER ARLIN K.