TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 16 petani Desa Brencong, Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah luka-luka setelah bentrok dengan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bersengketa lahan, warga dipukul menggunakan pentungan dan diinjak, ada pula yang terkena tembak peluru karet.
"TNI AD menghalangi warga dengan senjata dengan pentungan. Sehingga 16 orang mengalami luka-luka," ujar Raihan Ibrahim Annas dari LSM SeHAMA yang mendampingi warga dalam sengketa, saat dihubungi, Kamis 12 September 2019.
Bentrokan terjadi pada Rabu 11 September 2019, bermula saat warga desa berusaha menghalangi proses pemagaran tanah yang diklaim sebagai aset TNI oleh TNI AD. Penduduk menolak karena merasa berhak atas tanah itu.
Pihak TNI tidak membantah kejadian itu. Mereka mengaku terpaksa melakukan karena warga enggan dikendalikan. "Pengusiran warga yang dilakukan oleh aparat dengan tindakan keras di lapangan karena masyarakat tidak mau meninggalkan area tersebut," tutur Kapendam IV/ Diponegoro Letkol Kav Susanto, dalam keteragan tertulis yang diterima Tempo, Kamis 12 September 2019.
Menurut Raihan, warga mempertahankan tanah yang selama ini mereka gunakan untuk bertani, karena selama ini TNI belum dapat membuktikan kepemilikan mereka atas lahan itu. Prosedur pemindahan dari tanah negara menjadi hak milik instansi juga dirasa belum jelas. "Sehingga sampai hari ini warga masih menganggap sampai saat ini masih tanah milik warga."
Sengketa lahan bermula sejak delapan tahun lalu. Pada 2011 telah terjadi konflik, saat itu beberapa warga sempat dijebloskan ke penjara.
16 orang yang luka-luka itu adalah:
- Wiwit Herwanto, 30 tahun
2. Imam Suryadi, 25 tahun
3. Haryanto, 38 tahun
4. Edi Afandi, 32 tahun
5. Supriyadi, 40 tahun
6. Wawan, 26 tahun
7. Manto, 34 tahun
8. Partunah, 42 tahun
9. Saikin, 53 tahun
10. Sartijo, 52 tahun
11. Sartono, 45 tahun
12. Wadi, 27 tahun
13. Tolibin, 30 tahun
14. Sumarjo, 70 tahun
15. Martimin, 35 tahun
16. Saryono, 34 tahun