TEMPO.CO, Jakarta - Pidato kontemplasi Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Senin malam, 9 September 2019, dinilai sebagai langkahnya untuk menarik perhatian presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi.
SBY berbicara prinsip the winner takes all atau pemenang mengambil semua bagian. Menurut presiden keenam ini, bila diterapkan dengan ekstrem, prinsip tersebut acap tak sesuai dengan semangat kekeluargaan di bangsa Indonesia yang majemuk. Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan, pidato SBY itu dinilai mengonfirmasi sistem dan fakta politik Indonesia yang mengakomodasi semangat kekeluargaan.
"Dan tentu saja, bisa juga dibaca pidato itu untuk menarik perhatian Pak Jokowi agar tidak melupakan Demokrat dalam hal pengelolaan pemerintahan. Sebab, seperti kita ketahui, PD mulai banyak tidak diperhatikan. Khususnya dalam rentang dua bulan terakhir ini," ujar Rangkuti saat dihubungi Tempo pada Selasa, 10 September 2019.
Pernyataan SBY mengajak seluruh masyarakat Indonesia mendukung Presiden Jokowi lima tahun mendatang, juga dinilai semakin memperjelas sikap ketua umum partai berlambang mercy tersebut. "Semangat SBY dan Demokrat memang ingin bergabung dengan koalisi Jokowi. Namun, partai-partai koalisi Jokowi masih setengah hati menerima Demokrat," ujar Pengamat politik Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komaruddin saat dihubungi terpisah.
Menurut Ujang, sikap partai-partai koalisi Jokowi yang masih setengah hati menerima Demokrat ini terkait 2024. Karena jika Demokrat bergabung dengan koalisi pemerintah, maka Demokrat akan dapat jatah menteri dan akan diisi oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Jika AHY jadi menteri, akan memberi angin kepada AHY untuk mempersiapkan diri di 2024," ujar dia.
Demokrat saat ini dinilai tengah dalam dilema. Menjadi oposisi tidak siap, namun berkoalisi dengan Jokowi juga belum direstui partai-partai koalisi Jokowi lainnya. "Belum jelas arah sikap SBY. Yang jelas ada ajakan untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf di periode mendatang," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno.