TEMPO.CO, Jakarta-Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua , Emanuel Gobay atau Edo, mengatakan lumrah jika masyarakat Papua marah ketika para mahasiswa Papua di tanah rantau mendapat perlakuan diskriminasi dan rasis. Alasannya, di pundak mahasiswa-mahasiswa itulah masyarakat Papua menitipkan harapannya.
Edo menuturkan orang-orang tua di Papua memiliki misi untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang pendidikan tertinggi. Begitu selesai kuliah, mereka berharap anak-anak itu bisa membawa perubahan yang lebih baik dalam kehidupan mereka.
"Separuh hidup mereka ada di anak-anak yang kuliah, mimpi mereka, harapan, dan lain-lain. Ketika anak-anak mereka mendapat perlakuan seperti itu (diskriminasi) maka logis dan manusiawi jika mereka bersikap seperti itu (marah)," katanya dalam konferensi pers di Kantor LBH Jakarta, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019.
Untuk mengetahui betapa terlukanya masyarakat Papua, Edo meminta pihak-pihak yang masih berpikiran diskriminatif agar memposisikan dirinya sebagai orang-orang tua dari mahasiswa. "Kalau kawan-kawan sebagai orang tua dari mahasiswa itu, atau kakak dari mahasiswa itu, melihat kondisinya itu seperti itu, bagaimana? Sikap batin masyarakat Papua seperti itu," ujarnya.
Untuk menyelesaikan masalah itu, Edo meminta pemerintah menghukum pelaku diskriminasi rasial, baik dari kalangan aparat atau masyarakat umum. Ia menyarankan pemerintah tak mengirimkan tentara dan polisi ke Papua.
"Ini juga keliru karena persoalan dasar yang terjadi di Surabaya (penyerangan asrama mahasiswa) belum diselesaikan, tapi polisi malah serius menanggapi yang terjadi di Papua," ujarnya.