TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian RI, Tentara Nasional Indonesia, dan pemerintah menggelar Operasi Ketupat 2019 untuk menjaga keamanan pada masa arus mudik dan arus balik Lebaran. Operasi gabungan ini melibatkan 162 ribu personel yang berasal dari Polri, TNI, Kementerian Perhubungan, dinas perhubungan di daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, anggota Pramuka, serta organisasi masyarakat dan kepemudaan.
Baca: Lebaran, 2019, Begini Pola Pengamanan di Bandara Soekarno-Hatta
"Operasi Ketupat 2019 ini akan digelar selama 13 hari, mulai 29 Mei hingga 10 Juni mendatang," kata Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian, saat memimpin apel pasukan Operasi Ketupat 2019 di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Selasa, 28 Mei 2019.
Pasukan Operasi Ketupat itu mulai bertugas hari ini. Pada hari raya Idul Fitri tahun ini, puncak arus mudik diperkirakan berlangsung pada 31 Mei atau H-5 sebelum Lebaran. Rencananya, tim gabungan Operasi Ketupat ini akan disebar di sejumlah pusat kepadatan, yang meliputi 898 terminal, 379 stasiun kereta api, 592 pelabuhan, 212 bandara, 3.097 pusat belanja, 77.217 masjid, dan 3.530 obyek wisata.
Menurut Tito, karakteristik operasi pengamanan Lebaran tahun ini berbeda dengan Lebaran terdahulu. Sebab, Lebaran kali ini bersamaan dengan proses tahapan penyelenggaraan pemilihan presiden 2019. "Hal tersebut membuat potensi kerawanan yang akan dihadapi dalam penyelenggaraan Operasi Ketupat 2019 semakin kompleks," kata Tito.
Saat ini, tahapan pemilu memasuki proses gugatan hasil pemilihan presiden ke Mahkamah Konstitusi. Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, menggugat hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum yang memenangkan pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Massa pendukung Prabowo-Sandi juga sempat berunjuk rasa di depan kantor Badan Pengawas Pemilu, pekan lalu, yang berakhir ricuh. Peristiwa ini menyebabkan delapan orang meninggal dan ratusan lainnya terluka.
Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Inspektur Jenderal Refdi Andri, mengatakan polisi lalu lintas sudah menyiapkan rekayasa lalu lintas, yakni contra flow dan one way, untuk memperlancar arus mudik Lebaran. Rekayasa contra flow dan one way untuk arus mudik berlaku mulai 30 Mei hingga 2 Juni 2019. Adapun pada arus balik akan digelar pada 8-10 Juni 2019.
Ia menjelaskan, contra flow akan diberlakukan di KM 29 sampai KM 61 jalan tol Jakarta-Cikampek. Contra flow ini akan berlangsung selama 15 jam, yakni pukul 06.00-21.00. Rekayasa lalu lintas contra flow bertujuan mengakomodasi perjalanan jarak pendek, seperti tujuan Bandung dan sekitarnya.
Adapun kebijakan one way akan diberlakukan di KM 69 sampai KM 263 jalan tol Jakarta-Cikampek yang berlangsung selama 13 jam, yaitu pukul 09.00-21.00. Rekayasa lalu lintas one way ini diperuntukkan bagi pemudik yang melakukan perjalanan jarak jauh, seperti tujuan Cirebon sampai Semarang. "Yang bisa lewat jalur one way di jam yang berlaku itu hanya kendaraan kecil," ujar Refdi.
Baca: Puncak Arus Mudik Lebaran di Bandara Soekarno-Hatta, 31 Mei dan 1 Juni
Ditemui terpisah, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Brigadir Jenderal Hamli, mengimbau polisi agar mewaspadai ancaman terorisme menjelang Lebaran. BNPT juga memastikan langkah antisipasi dengan memetakan kalender ketika teroris melancarkan teror. "Ancaman teroris mudah-mudahan sudah berkurang. Sebagian kemarin yang terlibat kerusuhan KPU sudah diambil," kata dia.
ANDITA RAHMA | AVIT HIDAYAT