TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasiona (TKN) Joko Widodo atau Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding, menilai aksi Ifthor Akbar 212 merupakan kegiatan politik yang sensitif, dan berpotensi rusuh atau chaos. Karding meminta Persaudaraan Alumni 212 sebagai penyelenggara merenungkan kembali rencana tersebut.
Baca juga: PA 212 Bakal Gelar Ifthor Akbar di Depan KPU
“Jangan sampai pada demo tersebut ada yang menunggangi. Dalam artian ada yang menyusup atau mungkin yang ingin membuat chaos. Ini yang menurut saya berbahaya, oleh karena itu tolong direnungkan kembali,” ujar Karding saat dihubungi Jumat 17 Mei 2019.
Menurut Karding aksi Ifthor Akbar 212 tersebut tidak perlu dilakukan. Dia berpendapat, semua proses tahapan pemilu sudah berjalan sesuai aturan main. Dan, kata dia, penyelenggara pemilu sudah bekerja dengan independen dan profesional.
Bahkan, menurut dia, indikasi kecurangan pemilu yang sebelumnya disampaikan kubu pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak terbukti. Sehingga tak ada legitimasi bagi PA 212 mengadakan aksi tersebut.
PA 212 rencananya menggelar Ifthor Akbar 212 pada 21 dan 22 Mei 2019 untuk menuntut Komisi Pemilihan Umum (KPU) menghentikan mengumumkan hasil penghitungan suara. Aksi ini rencananya digelar langsung di depan kantor KPU.
“Tuntutan agar KPU stop mengumumkan hasil penghitungannya. Karena sudah dipastikan akan mengumumkan untuk kemenangan 01 (Jokowi - Ma’ruf Amin). Karena diduga kuat telah melakukan kecurangan yang tersistem,” ujar juru bicara PA 212, Novel Bamukmin, Kamis 16/5.
Menurut keterangan Novel, aksi tersebut juga akan dihadiri oleh pendukung kubu Prabowo-Sandiaga, dan dipimpin langsung oleh Prabowo. "Orangnya Prabowo juga bakal turun langsung, dan beliau (Prabowo) akan memimpin langsung," kata dia, saat dihubungi, Jum’at, 17 Mei.
FIKRI ARIGI | IRSYAN HASYIM