TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara Christchurch Call to Action yang diselenggarakan oleh Presiden Prancis dan PM Selandia Baru di Elysee Palace, Paris, Prancis, Rabu, 15 Mei 2019. Dalam kesempatan itu, JK mengatakan penangkalan terorisme dan radikalisme harus melibatkan kaum muda.
JK menilai mereka sangat rentan terpapar radikalisme dan kekerasan ekstremisme. "Kita harus memberdayakan anak muda kita untuk melawan tren ini," kata JK dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Kunjungan Kerja ke Swiss, Jusuf Kalla Dapat Kejutan Ulang Tahun
Ia mencontohkan di Indonesia saja, sekitar 63 dari 150 juta pengguna internet adalah kaum muda. Hal ini dinilai penting karena saat ini, teknologi menjadi media baru yang digunakan oleh teroris untuk menyebarkan ajarannya.
Saat ini, kata JK, Indonesia sudah mulai mengambil tindakan dengan menyelenggarakan program Duta Pemuda untuk Perdamaian (Youth Ambassadors for Peace) sejak 2015. Hal ini dilakukannya guna melibatkan kaum muda dalam menyebarkan pesan-pesan damai untuk melawan ide-ide ekstrem dan penuh kebencian dengan menggunakan internet.
"Saat ini kami memiliki lebih dari 780 Duta Pemuda Indonesia untuk Perdamaian." Serangan teror Christchurch, Selandia Baru, kata JK, mencerminkan kebangkitan Islamofobia dan Xenofobia sebagai ancaman global. Ia menilai perlu dibangun ketahanan dan solidaritas masyarakat dari berbagai latar belakang, untuk memeranginya.
Baca juga: Harapan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Ulang Tahun Ke - 77
Dialog antaragama untuk memperkuat nilai toleransi dalam masyarakat JK nilai perlu untuk terus dipromosikan. Selain itu, bisa juga dengan menyuntikkan budaya damai sejak usia dini, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, komunitas, dan sebagai bangsa.
Dalam pertemuan di Istana Elsyee itu, erdapat 16 perwakilan yang memberikan sambutan, baik dari perwakilan pemerintah maupun perusahaan teknologi. JK mendapat kesempatan memberikan sambutan pada urutan kelima setelah sambutan Pendiri Wikipedia Foundation.