TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia Boni Hargens melontarkan dugaan bahwa kubu pasangan calon 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno tengah memperkuat posisi tawar mereka di hadapan kubu Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin di tengah gejolak pascapemilihan presiden saat ini.
Baca: Rekapitulasi Suara Nasional, Jokowi Raih 60,7 Persen di Kalteng
Boni menduga tujuan inilah yang tengah dibangun di balik narasi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif dalam pemilihan umum 2019 yang digaungkan kubu Prabowo.
"Saya menduga ada upaya itu, mereka mau mengatur bargaining position. Posisi tawar supaya bisa melobi lah, bisa menentukan dia mau apa," kata Boni seusai diskusi bertajuk "Gejolak Pemilu 2019: Problem Demokrasi Elektoral atau Sekadar Mainan Bandar Politik?" di kawasan Sudirman, Jakarta, Sabtu, 11 Mei 2019.
Menurut Boni, rencana pertemuan antara utusan Jokowi dan Prabowo beberapa waktu lalu bisa jadi juga untuk membicarakan tawar-menawar. Pendiri Barisan Relawan Jokowi Presiden atau Bara-JP, kelompok relawan pendukung Jokowi di pilpres 2014 ini pun menyebut tukar guling seperti itu wajar dalam politik.
"Bargaining itu misalnya, kalau saya menerima kamu sebagai pemenang pemilu ya saya nanti di bisnis dapat apa, posisi politik orang-orang saya kira-kira akan dapat jatah di mana," ujarnya.
Posisi politik, Boni melanjutkan, bukan hanya menyangkut jabatan di kabinet. Melainkan juga jabatan di departemen, lembaga, hingga perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara.
Baca: Rekapitulasi Suara Nasional, Jokowi Unggul di Kalimantan Utara
Berkaca dari kemungkinan ini, Boni mengatakan masyarakat harus lebih cerdas melihat permainan para elite. Dia mengingatkan segala polemik dan gejolak dalam kontestasi pemilihan presiden ini lebih banyak menyangkut kepentingan ekonomi politik para elite ketimbang publik secara umum.
"Masyarakat harus lebih kritis melihat permainan elite ini, karena sesungguhnya ini kepentingan elite saja kok, bukan persoalan masyarakat. Rakyat dimanfaatin aja," ujarnya.