TEMPO.CO, Jakarta - Calon Prabowo Subianto mengakui memliki banyak teman dari berbagai negara karena berbisnis selama 20 tahun terakhir, namun Prabowo membantah menggunakan jasa konsultan politik dari Rusia selama masa kampanye pemilihan presiden (Pilpres) 2019. "Enggak ada konsultan ini. Gimana bayarnya? Mahal dan mereka enggak ngerti apa-apa tentang politik Indonesia," kata Prabowo.
Bantahan Prabowo disampaikan melalui sebuah video berdurasi satu menit yang beredar luas melalui platform media sosial Whatsapps. Dalam video itu, Prabowo duduk bersama juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Baca:Mulai Tanggapi Serangan Kubu Prabowo, Jokowi: Masak Diam Terus
Sebelum memberikan klarifikasi, Dahnil bercerita kepada Prabowo mengena adanya tuduhan yang beredar beberapa hari terakhir bahwa mereka menggunakan jasa konsultan dari Rusia. Prabowo santai menanggapi pertanyaan Dahnil mengenai tuduhan itu.
Prabowo mengakui menggunakan konsultan Rusia bukan untuk politik tetapi untuk keperluan bisnis. "Kalau untuk bidang lain mungkin, untuk ekonomi bisnis dan sebagainya, Tapi kalau politik sama sekali tidak."
Baca: Kubu Prabowo Anggap Ucapan Jokowi soal Propaganda Rusia Berbahaya
Polemik mengenai propaganda Rusia bermula saat calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi menghadiri deklarasi dukungan di Kantor Redaksi Jawa Pos, Surabaya, Sabtu, 2 Februari 2019. Dalam acara itu, calon presiden Jokowi sempat mengatakan adanya pihak-pihak yang menggunakan strategi propaganda Rusia dalam berpolitik saat berpidato.
Dalam pidatonya Jokowi menyebut propaganda Rusia itu seperti mempergunakan hoax, semburan dusta dan fitnah. Teknik ini juga dikenal dengan nama firehose of falsehood atau selang pemadam kebakaran yang dipopulerkan oleh Rand Corporation pada 2016. "Cara-cara politik seperti ini harus diakhiri, menyampaikan semburan dusta, semburan fitnah, semburan hoaks, teori propaganda Rusia yang kalau nanti tidak benar, lalu minta maaf. Akan tetapi, besoknya keluar lagi pernyataan seperti itu, lalu minta maaf lagi," kata Jokowi, Sabtu.