TEMPO.CO, Jakarta - Video calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, wawancara dengan salah satu media yang menyatakan dirinya menyesal turut andil membuat mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dipenjara, menjadi viral. Video viral Ma'ruf Amin itu pun menuai berbagai respons, baik positif maupun negatif.
Baca: Agenda Kampanye Ma'ruf Amin: Terima Tiga Tamu di Rumah
Terkonfirmasi, potongan video berdurasi 48 detik yang viral itu, merupakan bagian dari wawancara Ma'ruf dengan salah satu media. "Iya, tentu saja (menyesal). Cuman karena terpaksa saja kan. Siapa yang ingin memenjarakan orang kan. Gak mau kan. Tapi karena terpaksa. Situasi pada waktu itu prosesnya penegakan hukum. Apa boleh buat, dengan rasa terenyuh. Walaupun habis itu saya juga minta maaf, karena juga tidak ingin menyusahkan orang, tidak ingin," begitu pernyataan Ma'ruf dalam video itu.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto mengatakan, pernyataan Ma'ruf di video itu hanya menunjukkan sosok Ketua MUI itu sebagai seorang pemimpin dan seorang ulama yang selalu menjawab berbagai persoalan.
"Pernyatan beliau merupakan sesuatu hal yang sangat menunjukkan beliau memang seorang ulama yang selalu menjawab pertanyaan wartawan, sementara yang disana mencurigai wartawan," ujar Hasto Kristiyanto saat dimintai tanggapan ihwal video itu.
Baca: Tahun Baru 2019, Ini Tiga Harapan Ma'ruf Amin
Adapun putra Ma'ruf, Ahmad Syauqi, mengatakan penjelasan yang disampaikan abahnya itu menjernihkan posisi Ma'ruf sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat bersaksi dalam sidang kasus Ahok.
"Inti dari pernyataan Abah tersebut narasinya bukan keinginan pribadi tapi penegakkan hukum dan bukan memusuhi secara pribadi. Artinya, dalam kasus Ahok pada waktu itu, hukum memang harus ditegakkan atas pelanggarannya bukan personalnya," ujar Putra Ma'ruf, Ahmad Syauqi saat dihubungi Tempo pada Jumat, 4 Januari 2019.