TEMPO.CO, Jakarta - Strategi Kebudayaan telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Penyerahan berlangsung di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Minggu, 9 Desember 2018. Ini merupakan hasil Kongres Kebudayaan Indonesia yang berlangsung 5-9 Desember 2018.
Baca: Saat Jokowi Baca Sajak Diponegoro di Kongres Kebudayaan
Strategi Kebudayaan berisi kumpulan pokok-pokok pikiran peserta kongres dari daerah, yang selajutnya akan disahkan oleh Presiden berlaku untuk 20 tahun ke depan. "Saya harap Strategi Kebudayaan menjadi dokumen pemajuan kebudayaan nasional untuk 20 tahun ke depan," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Menurut Muhadjir Effendy, kongres dilaksanakan dan diikuti sekitar 7.000 orang. Ini, kata Menteri, adalah tindak lanjut daru instruksi Presiden Joko Widodo pada Agustus 2016 agar membuat Strategi Kebudayaan.
Sebelum menyampaikan sambutan, Presiden Jokowi terlebih dulu menyerahkan penghargaan kepada para budayawan seperti D. Zawawi Imron, I Gusti Ngurah Putu Wijaya dan Tim Restorasi Candi Borobudur Hubertus Sadirin dan Ismijono.
Zawawi Imron dalam pidatonya mengatakan Kongres Kebudayaan menandakan bakal datangnya warna dan harkat baru dalam kebudayaan Indonesia. "Kongres Kebudayaan Indonesia ini telah benar-benar menjadi ajang kreativitas tentang bagaimana bangsa ke depan," kata Zawawi mewakili seniman dan budayawan pada sesi acara penutupan tersebut.
Upaya untuk membawa Indonesia yang semakin maju dan mampu mengejar ketertinggalan dari negara lain, kata Zawawi, membutuhkan hati masyarakat yang indah. "Butuh hati bersih dan indah agar tidak cekcok, tidak ada fitnah yang bisa mengadu domba kita".
Dijelaskannya bahwa beragam peserta yang ikut dalam Kongres Kebudayaan merupakan cerminan tentang Tanah Air Indonesia yang subur dan indah. Karena itu, kata dia, Indonesia harus diurus dengan budi pekerti.
Budayawan, kata Zawawi, bertekad turut mengejar ketertinggalan dari negara lain. Sehingga Indonesia tidak hanya sejajar dengan negara - negara maju, tapi nama Indonesia harum di tengah-tengah kebudayaaan dunia.
Mengurus tanah air dengan hati yang indah, kata Zawawi, sudah menjadi budaya dari nenek moyang orang Bugis, yang bunyinya "Berpikirlah kamu dengan hati jernih maka kemuliaan akan menyelimuti hatimu". Kata Zawawi: "Hati dari kebudayaan yang indah tidak punya waktu berkelahi, mereka tidak punya waktu untuk menjelek-jelekkan orang lain".
Budaya masyarakat Indonesia ke depan, Zawawi menambahkan, adalah budaya akal sehat kolektif, sesama manusia tidak saling bertengkar. "Yang ada adalah kebersamaan memuliakan dan memerdekakan rakyat dari segala macam ancaman," kata dia.
Jokowi dalam sambutannya mengatakan, pentingnya toleransi dan kolaborasi dalam menghadapi kompleksitas lalu lintas budaya. "Kita harus membangun kesungguhan bersama untuk bertoleransi dan untuk berbagi. Kita harus menjaga agar interaksi tidak didominasi untuk berkontestasi semata, tetapi interaksi tersebut harus dilandasi jiwa toleransi dan semangat berbagi," kata Jokowi.
Kompleksitas lalu lintas budaya, menurut Jokowi, terjadi karena semua bangsa di dunia, termasuk Indonesia, semakin lama kian tinggi bersentuhannya. Perkembangan teknologi transportasi telah memungkinkan orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara yang sangat mudah dan sangat cepat.
Perkembangan teknologi informasi juga memungkinkan mobilitas angka, mobilitas kata, mobilitas gambar, dan video semakin mudah untuk dijangkau. "Fenomena ini membuat lalu lintas dan interaksi budaya semakin padat dan kompleks, baik itu berupa interaksi antarkelompok, dan antarbangsa. Interaksi antarkearifan, termasuk interaksi antara yang lama dan yang baru," kata Jokowi.
ANTARA