INFO NASIONAL - Lempeng tektonik dan jejeran gunung berapi punya dua sisi bagi Indonesia. Selain mengancam, dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Seperti energi panas bumi yang gampang ditemui di berbagai tempat di Indonesia. Panas bumi dilirik sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan meski banyak yang berada di tengah kawasan hutan lindung.
Terlebih pada Kebijakan Energi Nasional (KEN) target porsi EBT sebesar 23 persen pada 2025 harus dilampaui. Karena itu, pengembangan energi panas bumi dapat diandalkan untuk mengejar target bauran energi. Namun jelas tak seperti membalik telapak tangan, karena secara teknis kesulitan pengembangan energi panas bumi juga cukup tinggi. Dengan potensi panas bumi yang besar sekitar 29,5 GW, pemerintah menargetkan akan dapat membangun pembangkit sebesar 7,2 GW hingga 2025. Pada 2018, pasokan energi dari panas bumi sudah lebih dari 2 GW atau menjadi negara kedua terbesar pengguna listrik dari panas bumi menggeser Filipina.
Sebagai sumber energi, panas bumi menjadi salah satu sumber energi paling bersih dan relatif tidak akan habis. Sifatnya yang konstan sepanjang musim membawa sumber energi ini tidak memerlukan penyimpanan energi karena dapat dihasilkan sepanjang waktu. Selain itu, luasan pembangkit panas bumi tidak memerlukan lahan luas maupun air sebagai pendingin yang berlebihan. Karena itu, biasanya berada dalam kawasan hutan lindung, maka eksplorasi dan eksploitasi panas bumi juga harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya.
Panen sumber energi bersih ini bukan tanpa halangan. Biaya investasi yang tinggi, terutama saat tahapan pra-produksi, yakni eksplorasi dan pengeboran, membuat tak banyak investor tertarik. Pada saat yang sama, pembangkit hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik dengan temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. Akibatnya, pembangkit listrik panas bumi dapat memberi pengaruh kepada tanah di sekitarnya meski ada injeksi kembali ke tanah dari proses water brine atau pemisahan air panas dari uap panas.
Saat ini, kecenderungan pembangkit panas bumi semakin besar memasok listrik. Seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Salak 337 MW, PLTP Karaha 30 MW, PLTP Sarulla 330 MW, PLTP Darajat 270 MW, PLTP Kamojang 235 MW, juga PLTP Wayang Windu 227 MW. PLTP lainnya seperti di Sarulla dan Karaha juga akan terus dikembangkan serta diharapkan akan memperkuat bauran energi pada 2025.
Untuk info lebih lanjut silahkan ke www.den.go.id. (*)