TEMPO.CO, Jakarta - Detektor sinyal yang dipegang Sersan Satu Hendra Saputra mendadak berbunyi di dekat sebuah benda berwarna oranye yang terpendam lumpur di dasar laut Karawang, Kamis pagi, 1 November 2018. Personel Satuan Intai Amfibi Korps Marinir TNI Angkatan Laut ini sudah menduga benda itu adalah kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 yang ia cari-cari sejak Senin lalu.
Baca: Anggota TNI AL Penemu Black Box Lion Air dapat Hadiah
Namun, untuk meyakinkan diri, Hendra mengajak rekan satu timnya, Nur Ali, bersama-sama mendekatkan detektor sinyal ke benda yang tergolek di kedalaman 32 meter tersebut. "Kami mendekatkan alat kami dan bunyinya menjadi sangat kuat," kata Hendra saat ditemui di atas Kapal Riset Baruna Jaya I.
Sinyal ‘ping’ dari kotak hitam Lion Air pertama kali tertangkap oleh Baruna Jaya dua hari lalu. Sumber sinyal diperkirakan berada pada titik 400 meter di sebelah barat daya titik koordinat terakhir pesawat beregister PK-LQP itu menghilang dari radar menara kontrol Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin lalu.
Baca: Black Box Lion Air Ditemukan, Sinyal Ping Dideteksi Dua Kapal Ini
Sebanyak 100 penyelam diterjunkan menuju sekitar titik sinyal. Tapi, karena arus air laut yang deras, penyelam kesulitan menemukan alat yang bisa mengungkap penyebab jatuhnya pesawat nahas tersebut. Kemarin, sinyal yang ditangkap Baruna Jaya makin kencang. Tim Hendra yang terdiri atas tujuh orang itu mulai melakukan penelusuran sekitar pukul 09.30.
Setengah jam kemudian, Hendra dan Nur Ali muncul ke permukaan membawa benda oranye berbentuk tabung: kotak hitam Lion Air JT610. Hendra mengatakan ia sempat putus asa mencari kotak tersebut. Arus kencang dan dasar laut yang berlumpur menyebabkan jarak pandang pendek. Kotak hitam itu ditemukan pada jarak 500 meter dari lokasi perkiraan hilangnya pesawat.
Baca: KNKT Gandeng Amerika Serikat Buka Black Box Lion Air JT 610
Panglima Komando Armada I, Laksamana Muda TNI Yudo Margono, menuturkan masih ada satu bagian kotak hitam lagi yang harus dicari. Bagian kotak hitam yang ditemukan berisi rekaman data penerbangan (flight data recorder). Satu bagian lagi yang berisi rekaman percakapan pilot (cockpit voice recorder) belum ditemukan. "Black box sudah kami serahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi untuk diperiksa lebih lanjut," kata dia.