INFO MPR - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin mengatakan Indonesia sangat beragam dan bineka. Tidak ada negara di dunia ini yang sangat plural seperti Indonesia.
"Dengan keragaman itu, Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) adalah alat pemersatu bangsa," kata Mahyudin dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada mahasiswa Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) di aula IAHN Palangkaraya, Rabu, 26 September 2018.
Sosialisasi kerja sama MPR dan Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) ini dihadiri Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Habib Said Ismail dan narasumber anggota MPR Fraksi Partai Golkar, Agati Sulie, dan Wakil Rektor I IAHN Pranata. Tema sosialisasi adalah Merawat Toleransi dalam Keragaman.
Mahyudin menyebutkan orang Indonesia sangat mudah disulut rasa primordial dan fanatisme. Tragedi pengeroyokan suporter Jakmania oleh Bobotoh memperlihatkan kuatnya primordialisme itu. "Inilah yang membuat pimpinan MPR resah. Ini menjadi alasan untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR," ujarnya.
Kuatnya rasa primordialisme itu, menurut Mahyudin, bisa menimbulkan perpecahan. "Karena itu, saya pribadi juga punya kepentingan menyosialisasikan Empat Pilar MPR. Saya ingin melihat anak cucu saya bisa bekerja damai di negeri ini. Namun tidak ada yang menjamin NKRI bisa bertahan selama-lamanya kalau kita tidak jaga bersama," katanya.
Mahyudin menambahkan, negara besar, seperti Uni Soviet atau Yugoslavia, bisa terpecah. Perpecahan juga terjadi di Suriah akibat perang saudara. "Kita tidak mau perpecahan terjadi di Indonesia. Aparat tidak bisa menangani sendiri kalau tidak bersama seluruh lapisan masyarakat Indonesia," tuturnya.
"Kita sering terjebak dengan identitas. Karena itu, politik kita menghindari politik identitas karena bisa memecah belah,” ucapnya.
Sementara itu Habib Said mengatakan sosialisasi Empat Pilar MPR meningkatkan rasa cinta pada Tanah Air. "Kalteng adalah miniatur Indonesia. Dengan penduduk 2, 6 juta, Kalteng terdiri atas berbagai suku, agama, serta budaya. Kalteng masih aman dan damai. "Keragaman dan perbedaan adalah kekayaan bangsa. Perbedaan itulah menjadi perekat. Dengan perbedaan, membuat Indonesia lebih maju," ujarnya.(*)