TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK beberapa kali salah menyebut nama Partai NasDem menjadi Golkar di hadapan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Saat itu, JK sedang memberikan pengarahan kepada calon anggota legislatif Partai NasDem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Senin, 3 September 2018.
Baca: Surya Paloh dan JK Bernostalgia Masa Bersama di Golkar
JK sedang mengingatkan kepada para caleg NasDem agar tidak melupakan posisi partai sebagai pendukung pemerintah. Sehingga, program para caleg pun harus sejalan dengan pemerintah. "Karena kalau berlawanan timbul pertanyaan dari masyarakat. Tentu itu menjadi perhatian utama, anda tidak perlu berkampanye juru bicara pemerintah, tidak, tapi sejalan dengan program pemerintah sehingga betul-betul ada positioning," kata JK.
Menurut JK, keberhasilan para caleg partai pendukung dan pemerintah saling terkait. Jika pemerintah berhasil, partai pendukungnya juga ikut berhasil. JK menilai hal itu sebagai suatu realitas politik yang dihadapi setiap negara demokratis seperti Indonesia. "Oleh karena itu, partai di mana terlihat wajah partai itu. Wajah partai terlihat di DPR, DPRD, dan di pemerintahan. Saya dengar begitu banyak gubernur, kepala daerah yang terpilih melalui Partai Golkar, tentu itu merupakan aset yang penting," ujarnya.
Mendengar JK salah menyebut nama partai, partai caleg pun ramai-ramai menyebut Partai NasDem. Menyadari adanya protes dari para caleg, JK pun meralat ucapannya sambil tertawa. "Oh, NasDem, iya salah. Ha-ha-ha. Nasdem sama Golkar beda-beda tipis lah, ha-ha-ha."
Baca: Kata JK Saat Ditawari Surya Paloh Gabung NasDem
JK beralasan dirinya salah menyebut NasDem sebagai Golkar karena sejumlah petinggi Partai NasDem yang duduk di barisan depan merupakan mantan kader Golkar. "Wajah-wajah yang di depan ini teman-teman Golkar semua. Jadi wajah itu tercermin masuk Golkar," ujar JK diiringi tawa para caleg.
JK pun melanjutkan pidatonya. Namun, tak berselang lama, ia kembali keseleo lidah ketika menjelaskan tentang efektifitas para wakil partai di pemerintahan akan tercermin kepada suara partai.
"Itu sangat penting. Karena itu, saudara-saudara yang terpilih sebagai gubernur, kepala daerah, bupati melewati Partai Golkar, eh, NasDem, ha-ha-ha-ha. Susah ini, 40 tahun di partai jadi... Ya walaupun salah sebut tapi saya tetap lebih senior daripada Paloh," katanya berkelakar.