TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah penyakit mulai menyerang pengungsi gempa Lombok. Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Darurat Bencana (PDB) gempa Lombok Kolonel Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan pengungsi yang mendiami lokasi pengungsian mulai terserang penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare.
Baca: Nestapa Korban Gempa di Lombok Timur, Kumpulkan Logistik Sendiri
"Masalah kesehatan yang menjadi tren saat ini adalah ISPA dan diare," kata dia di Bandara Internasional Lombok Praya, Kamis, 23 Agustus 2018.
Rizal mengatakan ada sejumlah penyebab munculnya penyakit itu. Dia mengatakan penyakit muncul karena para pengungsi sudah lebih dari sepekan mendiami kawasan pengungsian yang lingkungannya kurang baik. "Sehingga menimbulkan penyakit endemik," kata dia.
Sebelumnya gempa dengan kekuatan 7 skala Richter mengguncang kawasan Lombok pada 5 Agustus 2018. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat gempa menyebabkan 515 orang meninggal dan 7.145 luka-luka. Gempa juga membuat 431.416 orang mengungsi.
Baca: Korban Gempa Lombok Kesulitan Dapat Terpal untuk Bangun Tenda
Rumah rusak mencapai 73.843 unit dan 798 fasilitias umum dan sosial mengalami kerusakan. BNPB memperkirakan kerugian akibat gempa di Lombok mencapai Rp 7,7 triliun.
Selain itu, Rizal mengatakan para pengungsi juga sangat membutuhkan alat kesehatan berupa tongkat dan kursi roda. Dia mengatakan banyak di antara korban gempa merupakan korban patah tulang sehingga membutuhkan alat bantu untuk berjalan. "Itu karena banyaknya korban patah tulang," kata dia.